Percepatan Pembangunan Kaltara Melalui "Jembatan Udara"

id ,

Percepatan Pembangunan Kaltara Melalui "Jembatan Udara"

Puncak Kinabalu dari Pesawat MASwings dari Tarakan ke Sabah (Datiz)

Oleh Iskandar Zulkarnaen


Tanjung Selor (Antara News Kaltara) - Satu tahun silam, jika orang dari luar Kalimantan Utara ingin ke Tanjung Selor, Bulungan, Kaltara pasti bertanya bagaimana cara ke sana.
Maklum saja, dulu lebih dikenal Kota Tarakan karena memiliki Bandara Internasional Juwata, sedangkan di Tanjung Selor hanya ada Bandara perintis Tanjung Harapan yang hanya melayani pesawat kecil jenis cessna.
Dari Kota Tarakan akan naik transportasi air yang melintasi laut dan sungai menunju Tanjung Selor sekitar 1,5 jam.
Banyak tamu yang mengeluhkan kondisi itu karena dinilai memakan waktu serta ada beban psikologis rasa tidak aman karena melintasi laut dari Pulau Tarakan menunju muara Sungai Kayan.
Kalaupun harus melalui udara, maka harus menggunakan pesawat kecil dari Bandara Temindung Samarinda ke Bandara Tanjung Harapan, Bulungan. Ini juga sering dikeluhkan karena pesawat kecil yang dirasa sebagian penumpang kurang nyaman dan aman.
Namun, berkat kerja keras tim Kaltara yang dipimpin Gubernur Kaltara Irianto Lambrie sejak akhir 2016 masalah itu teratasi, kini warga dari Jakarta bisa ke Ibu Kota Kaltara Tanjung Selor langsung dari Jakarta, transit di Balikpapan menggunakan pesawat berbadan cukup besar, yakni ATR 42 dan tidak lama lagi segera beroperasi ATR 72.
Pertengahan November 2016 adalah tonggak sejarah bagi Bandara Tanjung Harapan karena pertama kalinya pesawat ATR 42 beroperasi, membawa puluhan penumpang langsung dari Tanjung Selor.
Hal itu berawal dari keberhasilan program perpanjangan landasan pacu dari 1.200 meter menjadi 1.400 meter.
Dari sisi teknis kekerasan landasan pacu sebenarnya bisa dilandasi ATR-72 namun karena panjang run way hanya 1.200 meter maka perlu kita tambah agar menjadi 1.400 meter.
Seperti diakui Kepala Subseksi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandara Tanjung Harapan Robby Fajar Suryanegara.
Bandara di pusat Kota Tanjung Selor --Ibu Kota Provinsi Kalimantan Utara-- sekarang memiliki panjang landasan pacu 1.200 meter. Kondisi itu membuatnya maksimal hanya bisa didarati pesawat sejenis ATR-42 berkapasitas 40-50 penumpang.
Dengan perpanjangan itu maka pesawat dengan kapasitas 70 orang akan segera bisa beroperasi.
Selain penambahan panjang, lebar landasan pacu juga ditambah dari 30 meter menjadi 45 meter.
Jangka panjang direncanakan panjang landasan pacu menjadi 2.500 meter sehingga bisa didarati pesawat jet sekelas Boeing berkapasitas 100-200 penumpang.
Setelah landasan runway ditambah sepanjang 200 meter bandara tersebut harus dilakukan pengecekan dari pusat. Untuk memastikan semua aspek terpenuhi.ya.
Sementara itu, untuk maskapai yang bisa mendarati bandara Tanjung Selor saat ini seperti Kalstar, Wings Air, dan serta ATR 72-600 milik Garuda Indonesia jika perpanjangan itu rampung.
Pihak pengelola mengakui bahwa Garuda punya standarisasinya tinggi. Terutama dengan luasan terminal, ruang tunggu, tempat cek-innya. Namun, dalam waktu dekat Pemprov optimistis ATR 72 milik Garuda segera beroperasi.


Dukungan Pusat

Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengatakan bahwa keberhasilan itu berkat dukungan pusat.
Keberhasilan itu berkat dukungan pusat melalui Menteri Perhubungan yang kala itu dijabat Ignasius Jonan.
Sebagai tahap awal, Kementerian Perhubungan menyetujui perpanjangan landasan pacu Bandara Tanjung Harapan dari 1.200 meter saat ini menjadi 2.500 meter sebagai bandara representatif di ibukotaKaltara. Artinya, jika sudah terbangun run way 2.500 meter maka kita bisa melayani pesawat berbadan besar, misalnya boing 737.
Disetujuinya usulan ini, diharapkan mampu memberikan jawaban kepada masyarakat akan kebutuhan moda transportasi udara yang semakin hari sangat diperlukan. Mengingat pergerakan manusia dari dan atau ke ibukota Kaltara saat ini terbilang cukup padat semenjak dibentuknya Provinsi Kaltara.
Selain pengembangan Bandarra tanjung Harapan, Menteri Perhubungan juga menyetujui pembangunan kawasan industri dan pelabuhan internasionl (KIPI) di Tanah Kuning, dengan catatan perlu kajian terbaru pada lokasi pelabuhan di Pindada, atau dengan kata lain desain kajian yang dikeluarkan oleh Pemprov Kaltim pada tahun 2010 lalu perlu diperbaharui.
Kementerian Perhubungan sudah melakukan pra studi untuk izin penetapan lokasi, Kementerian Perhubungan kemungkinan besar besar akan menerbitkan pada akhir tahun 2015 ini.
Diterimanya dua usulan ini sebut Irianto, keduanya diharapkan memiliki arti vital dan strategis tidak saja dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik (pengguna angkiutan udara dan laut) namun juga memberikan dampak positif bagi upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi.
Dampak lainnya, kesempatan kerja masyarakat juga akan terbuka lebar, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pengangguran hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat Kaltara.
Pemprov dan DPRD berjanji terus mengawal melalui koordinasi dan konsultasi yang intensif dengan pihak Kementerian Perhubungan dan menyiapkan studi perencanaan yang komprehensif, termasuk masalah penyediaan lahan dan sara pendukung yang menjadi tanggungjawab bersama Pemprov Kaltara dan Pemkab Bulungan.
"Mudah-mudahan dalam waktu tiga tahun ke depan, masyarakat Kaltara sudah dapat merasakan manfaat keberadaan infrastruktur perhubungan ini. Jika demikian, tentu dampaknya akan memberi kemudahan bagi arus pergerakan manusia dan barang, hingga pada peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi,"


Jembatan Udara

Mengapa "jembatan udara" begitu penting bagi Kaltara ? alasannya karena wilayah provinsi termuda itu cukup luas serta kondisi geografis yang banyak sungai, pantai serta wilayah pedalaman dan perbatasan.
Pemprov Kaltara tidak hanya sebatas membenahi Bandara Tanjung Harapan Bulungan, namun juga meningkatkan kualitas dan pelayanan di Bandara lain, baik Nunukan, Malinau dan Tarakan.
Hasilnya, seperti di Bandara Juwata Tarakan kini telah dibuka beberapa rute baru ke luar negeri, termasuk langsung ke Sabah sehingga dampaknya bukan hanya bagi investasi daerah namun juga pariwisata.
Upaya Pemprov Kaltara disambut baik Malaysia. Malaysia yang menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan untuk devisa negaranya menargetkan kunjungan wisatawan asing 35 juta orang pada 2020.
Tekad Pemprov menjadikan "jembatan udara" sebagai upaya mengembangkan daerah ditangkap secara baik oleh Negeri Jiran.
Terbukti, Malaysia melalui MASwings, sebagai maskapai terbesar Malaysia tampaknya sangat mendukung program pemerintah bagi pengembangan pariwisata. MASwins juga melihat potensi penumpang sehingga kini sudah melayani Tarakan-Tawau dan Pontianak-Kuching dengan mendatangkan pesawat baru jenis ATR 72.
Penerbangan dari Tawau-Tarakan untuk sementara ini akan dilakukan tiga kali dalam seminggu, yaitu setiap Senin, Rabu dan Kamis.
Tampaknya, upaya serius Pemprov Kaltara yang didukung pusat untuk menjadikan "jembatan udara" sebagai solusi mempercepat pembangunan Kaltara membuahkan hasil.

***3***