Dari Kunjungan Gubernur di IPDN Jatinangor, Jawa Barat--Disambut Tradisi Sisingaan, Pimpin Upacara Makan di Gedung Nusantara

id ,

Dari Kunjungan Gubernur di IPDN Jatinangor, Jawa Barat--Disambut Tradisi Sisingaan, Pimpin Upacara Makan di Gedung Nusantara

KEHORMATAN: Gubernur memimpin upacara makan bersama di Gedung Nusantara Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat. (dok humas)

Menutup rangkaian roadshow Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie dalam rangka persiapan kegiatan Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XXXVII yang akan dihelat pada April mendatang, ditutup dengan kunjungan sekaligus memberikan pembekalan di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor Jawa Barat.

Berky Ryan Prayudi, Humas

(Antara News Kaltara) KEDATANGAN gubernur disambut hangat di kampus yang biasa disebut ksatrian IPDN itu. Beberapa praja (sebutan para siswa di IPDN) berjajar menyambut di kanan kiri jalan masuk ke gedung depan kampus. Dua praja menyiapkan karangan dan kalungan bunga untuk gubernur Kaltara.

Sambil berjalan kaki menuju gedung utama, marching band yang dimainkan para praja mengiringi rombongan gubernur yang didampingi sejumlah pejabat Pemprov dan beberapa bupati dan walikota di Kaltara.

Sesampainya di gedung utama, disambut oleh Deputi III Dr Drs Hyronimus Roa yang mewakili gubernur/rektor IPDN Prod Dr Drs H Ermaya Suradinata yang sedang ada tugas keluar negeri. Sembari istirahat, rombongan diperkenalkan tentang sejarah IPDN, hingga kondisi terkini.

“Ke IPDN sudah beberapa kali, sejak saya masih staf di Bappeda Kaltim sudah sering kesini mendampingi Gubernur Kaltim saat itu. Kemudian kunjungan resmi juga sudah beberapa kali. Jadi bagi saya IPDN bukan hal yang baru,” ujar Irianto sembari memperkenalkan rombongan satu per satu. Di mana di antaranya para pejabat Kaltara, ternyata juga merupakan alumni IPDN, kala masih bernama STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) maupun APDN. Sebut saja ada Sekprov Kaltara H Badrun, bupati Malinau Yansen TP, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Sanusi serta beberapa lainnya.

Sejenak beristirahat, gubernur didampingi rombongan menuju ke Balairung, untuk memberikan pembekalan kepada para praja yang akan mengikuti Latsitardanus bulan depan. Dalam perjalan menuju ke Balairung, sambutan hangat kembali dilakukan oleh para praja.

Dimulai dengan tradisi budaya Sunda yaitu Sisingaan. Yaitu sebagai simbol menyambut kedatangan seorang pemimpin. Di mana gubernur dipersilakan untuk menaiki boneka singa yang digotong oleh masing-masing 4 orang, kemudian diarak menuju tempat acara. Tabuhan alat pengiring dan tari-tarian yang ditampilkan para praja turut menyambut meriah.

Di Gedung Balairung yang cukup luas, ratusan praja sudah menunggu rapi. Gubernur pun memberikan pembekalan sekaligus memaparkan kondisi Kaltara yang nantinya akan menjadi tempat sekitar 400-an praja IPDN melaksanakan Latsitardanus selama kurang lebih satu bulan.

Sekitar 2 jam gubernur memberikan pembekalan di depan para praja. Pembekalan berakhir sekitar pukul 12.30 WIB, waktunya istirahat untuk makan siang. Tidak seperti biasanya, makan siang di kesatrian IPDN dilakukan dalam sebuah upacara.

Upacara makan demikian dinamakan. Untuk menuju ke ruang makan, yaitu di Gedung Nusantara yang berada di paling atas, gubernur dan rombongan harus meniti tangga. “Tidak sembarangan praja ikut di Gedung Nusantara. Apalagi yang baru tingkat pertama, belum boleh,” kata salah satu staf Pemprov Kaltara yang merupakan alumni IPDN.

Sesampainya di Gedung Nusantara, makanan sudah tersaji. Dengan menu sederhana namun terlihat nikmat. Menariknya, upacara belum dimulai sebelum semua praja yang ikut makan bersama kumpul dan duduk di bangku masing-masing.

Deretan di depan gubernur, deputi III, para kepala daerah di Kaltara dan sejumlah tamu undangan duduk berjajar menghadap para praja. Upacara pun dimulai, ditandai dengan membunyikan lonceng yang dilakukan oleh gubernur sebagai pimpinan upacara.

Tertib, rapi dan disiplin. Begitu yang tersirat saat mengikuti upacara tersebut. Para praja dan tamu undangan makan bersama, dengan menu yang sama. Selama kurang lebih setengah jam, upacara pun berakhir, ditutup dengan hal yang sama, yaitu membunyikan lonceng. Gubernur pun meninggalkan Kampus IPDN Jatinangor dengan meninggalkan kesan dan pesan, kedisiplinan para praja saat menempuh pendidikan, harus terus dibawa saat kelak bekerja menjadi abdi negara. (*)