Katowice, Polandia (Antaranews Kaltara) – Kembali, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie mewakili Indonesia dalam pertemuan skala internasional. Kali ini, pada pertemuan membahas tentang perubahan iklim, Conference of the Parties (COP) 24-Global Climate Change Action di Katowice, Polandia.
Gubernur hadir bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya di Pavilion Indonesia pada pertemuan tahunan yang digelar mulai 4 Desember lalu. COP merupakan pertemuan yang diinisiasi oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Pertemuan ini, seperti disampaikan Irianto, merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan hidup dunia dan mengambil langkah-langkah aksi dalam mengantisipasi perubahan iklim global atau global climate change action. COP-24 di Kota Katowice, Polandia, diikuti 197 negara dari berbagai benua. Mulai dari Asia, Eropa, Afrika dan Amerika (Amerika Serikat, negara-negara Amerika Tengah dan Selatan/Latin, Australia).
Tak hanya menghadiri, dalam pertemuan tersebut, Gubernur mendapat kehormatan menjadi salah seorang pembicara atau narasumber. Irianto memaparkan pengalaman dan inisiasi daerah dalam aksi pengendalian perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan (regional initiative on climate change actions and sustainable development goals) di Kalitara. “Ini merupakan kehormatan, sekaligus kebanggaan bagi Kaltara,” ungkap Gubernur.
Melalui pertemuan ini, Gubernur memaparkan kondisi Kaltara yang memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Di Kaltara juga ada kawasan hutan konservasi yang disebut-sebut sebagai Jantungnya Kalimantan atau Heart of Borneo (HoB). “Saya juga paparkan bagaimana upaya-upaya kita menjaga kelestarian hutan yang kita miliki. Salah satunya dengan memberdayakan masyarakat adat di sekitar hutan untuk turut menjaga hutan kita,” ujar Gubernur.
Dibeberkan Irianto, kehidupan di dunia sangat tergantung pada lingkungan yang sehat. Untuk itu, lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan semua mahluk hidup. Lingkungan juga akan berpengaruh pada kehidupan dan keberadaan makhluk hidup. “Kita bisa minum air bersih, jika lingkungan di sekitar kita juga bersih. Kita bisa menghirup udara yang sehat, jika lingkungan kita sehat. Kita bisa mendapatkan makan yang sehat dari lingkungan yang sehat juga. Lingkungan kita adalah hidup kita semua,” ujar Irianto di depan ratusan audiens yang merupakan perwakilan dari berbagai negara.
Manusia, kata Gubernur, mempunyai kewajiban memanfaatkan kekayaan alam karunia Tuhan YME dengan sebaik-baiknya. Semuanya tersedia dalam jumlah melimpah di alam, namun dapat habis bahkan hilang jika kondisi alamnya rusak atau terganggu. “Sebagai contoh, air yang dihasilkan dari proses siklus hidrologi di alam sangat tergantung dari keberadaan ekosistem hutan,” ujar Irianto.
Fokus utama yang harus dilakukan, ditegaskannya, adalah mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah. Dengan cara melakukan aksi nyata untuk menurunkan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Gubernur mengaku, keadaan saat ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi umat manusia, untuk memikirkan bagaimana cara menjaga tingkat emisi tetap rendah tanpa menghambat laju pertumbuhan ekonomi. “Bagaimana menjaga lingkungan tetap baik, tanpa memperlambat pembangunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan, adalah dengan merencanakan dan melakukan suatu aksi penurunan emisi GRK di tingkat daerah,” ulas Gubernur.
Di Kaltara, ungkap Gubernur, banyak hal yang telah dikerjakan dalam kurun waktu 5 tahun sejak provinsi ini dibentuk. Di antaranya, kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara dalam mengawal pembangunan yang berwawasan lingkungan, sebagai bentuk komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
“Berbicara tentang kelestarian lingkungan maka tidak lepas dari aksi adaptasi dan mitigasi dalam upaya turut mencegah perubahan iklim global yang semakin ekstrim kita rasakan. Pemprov Kaltara telah membuat kebijakan dan regulasi untuk rencana aksi penurunan emisi. Kebijakan dalam rangka penurunan emisi tertuang dalam dokumen Rencana Aksi Daerah penurunan Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Kaltara,” urai Irianto.
Berdasarkan perhitungan kaji ulang tingkat capaian penurunan emisi, disebutkan Irianto, Kaltara telah berhasil melakukan penurunan emisi GRK sebesar 14,19 juta ton CO2eq (karbon dioksida ekuivalen) sampai dengan Oktober 2018. “Sektor penghasil emisi GRK terbesar adalah dari sektor lahan sebesar 98,8 persen. Sementara sektor limbah sebesar 1,19 persen dan sektor energi sebesar 0,00493 persen. Total kegiatan aksi mitigasi penurunan GRK adalah 31 kegiatan aksi mitigasi,” beber Gubernur.
Kebijakan Pemprov Kaltara berikutnya, lanjut Irianto, adalah Program Kampung Iklim (ProKlim) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kaltara pada 2 Mei 2018, Nomor 660/601/DLH/GUB, tentang Program Kampung Iklim. “Program ini dilaksanakan di setiap wilayah, minimal pada tingkat kecamatan di seluruh wilayah Provinsi Kaltara,” ungkap Irianto.
Dijelaskannya, ProKlim adalah program berskala nasional yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Termasuk penurunan emisi gas rumah kaca, serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Program yang telah dilakukan, juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah. “Program ini dilaksanakan di wilayah administratif paling rendah setingkat rukun warga atau dusun, dan paling tinggi setingkat kelurahan atau desa, atau wilayah yang masyarakatnya telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkesinambungan,” papar Gubernur. Pada tahun ini, ditambahkan Gubernur, Pemprov Kaltara melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah mengusulkan tiga lokasi kandidat Kampung Iklim sebagai awal, diharapkan pada tahun berikutnya akan diikuti oleh banyak daerah lainnya.
Masih dalam kaitannya dengan menjaga kelestarian lingkungan di Kaltara, Pemprov Kaltara kini sedang melakukan pengembangan energi baru dan terbarukan, dengan membangun pembangkit listrik memanfaatkan potensi air yang sangat melimpah di daerah ini. Antara lain pada tahun ini akan dibangun PLTA dengan kapasitas 6.080 Megawatt di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan dengan memanfaatkan air sungai kayan oleh investor PT. Kayan Hydro Energy (KHE). “Kebijakan lain, Pemprov Kaltara juga melakukan tindakan dan kebijakan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk menjamin berlangsungnya perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan mengurangi emisi GRK. Yaitu menjamin kelestarian lingkungan dengan tetap mengakomodir pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kaltara,” pungkas Gubernur.