Yogyakarta (ANTARA) - Di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi nasional, ternyata kondisi perekonomian Kalimantan Utara cukup bergairah bahkan rata-rata hampir 7,0 persen.
"Kondisi Kaltara jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,1 sampai 5,2 persen karena bergairahkan sektor infrakstruktur atau pembangunan konstruksi," kata Kepala Perwakilan BI Kaltara Hendik Sudaryanto di Yogyakarta, Sabtu.
Hal itu diungkapkan pada pelatihan "capacity building" dan kunjungan wartawan ekonomi Kalimantan Utara ke desa wisata Kampung Flory di Sleman oleh Bank Indonesia Kaltara.
Pertumbuhan ekonomi Kaltara 2019 di atas rata-rata nasional yang hanya antara 5,1-5,2 persen per triwulan.
Tercatat pada triwulan I ekonomi Kaltara tumbuh 7 persen, triwulan II 7,8 persen dan triwulan III 6,3 persen.
Penurunan pada triwulan III, dipicu anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kaltara yang belum optimal atau penyerapan hanya 40 persen.
Diperkirakan triwulan IV pertumbuhan ekonomi Kaltara kembali berada di atas 7 persen saat berbagai kegiatan kembali marak untuk mengejar penyerapan anggaran 100 persen.
Termasuk berbagai proyek nasional di bidang infrastruktur yang akan dilakukan di akhir periode ini di Kaltara.
Bergairahnya sektor konstruksi karena terkait status sebagai provinsi baru --provinsi termuda atau ke-34-- serta posisi daerah di kawasan yang berbatasan langsung dengan Serawak dan Sabah, Malaysia.
"Sektor konstruksi marak untuk membenahi infrastuktur provinsi baru. Bahkan, kini ditambah lagi status sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Kaltim," ujarnya.
Sektor konstruksi (infrastruktur) berada pada posisi ketiga setelah pertanian di posisi kedua dan pertambangan (khususnya batu bara) posisi pertama.
"Sayangnya, pertumbuhan Kaltara hampir 30 persen didominasi dari sektor pertambangan," ujar dia.
Padahal, sektor pertambangan adalah usaha ekstraktif atau primer yang kurang bersentuhan dengan perekonomian rakyat serta sangat tergantung harga fluktuatif dunia.
"Oleh sebab itu, kita belajar dengan Yogyakarta, khususnya mengembangkan desa wisata Kampung Flory di Sleman karena Kaltara punya potensi untuk dikembangkan," ujarnya.
Diharapkan melalui dukungan media massa bisa memberikan informasi yang luas tentang potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kaltara.
Wartawan Kaltara di Kampung Flory (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)
"Kondisi Kaltara jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,1 sampai 5,2 persen karena bergairahkan sektor infrakstruktur atau pembangunan konstruksi," kata Kepala Perwakilan BI Kaltara Hendik Sudaryanto di Yogyakarta, Sabtu.
Hal itu diungkapkan pada pelatihan "capacity building" dan kunjungan wartawan ekonomi Kalimantan Utara ke desa wisata Kampung Flory di Sleman oleh Bank Indonesia Kaltara.
Pertumbuhan ekonomi Kaltara 2019 di atas rata-rata nasional yang hanya antara 5,1-5,2 persen per triwulan.
Tercatat pada triwulan I ekonomi Kaltara tumbuh 7 persen, triwulan II 7,8 persen dan triwulan III 6,3 persen.
Penurunan pada triwulan III, dipicu anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kaltara yang belum optimal atau penyerapan hanya 40 persen.
Diperkirakan triwulan IV pertumbuhan ekonomi Kaltara kembali berada di atas 7 persen saat berbagai kegiatan kembali marak untuk mengejar penyerapan anggaran 100 persen.
Termasuk berbagai proyek nasional di bidang infrastruktur yang akan dilakukan di akhir periode ini di Kaltara.
Bergairahnya sektor konstruksi karena terkait status sebagai provinsi baru --provinsi termuda atau ke-34-- serta posisi daerah di kawasan yang berbatasan langsung dengan Serawak dan Sabah, Malaysia.
"Sektor konstruksi marak untuk membenahi infrastuktur provinsi baru. Bahkan, kini ditambah lagi status sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Kaltim," ujarnya.
Sektor konstruksi (infrastruktur) berada pada posisi ketiga setelah pertanian di posisi kedua dan pertambangan (khususnya batu bara) posisi pertama.
"Sayangnya, pertumbuhan Kaltara hampir 30 persen didominasi dari sektor pertambangan," ujar dia.
Padahal, sektor pertambangan adalah usaha ekstraktif atau primer yang kurang bersentuhan dengan perekonomian rakyat serta sangat tergantung harga fluktuatif dunia.
"Oleh sebab itu, kita belajar dengan Yogyakarta, khususnya mengembangkan desa wisata Kampung Flory di Sleman karena Kaltara punya potensi untuk dikembangkan," ujarnya.
Diharapkan melalui dukungan media massa bisa memberikan informasi yang luas tentang potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kaltara.