Tarakan (ANTARA) - Prosesi penurunan dan pelarungan Padaw Tuju Dulu menjadi puncak perayaan Iraw Tengkayu X 2019 di kawasan pantai Amal, Tarakan, Minggu.
Padaw Tuju Dulu dalam bahasa suku Tidung merupakan suku asli Tarakan artinya perahu tujuh haluan.
"Dimana pada bagian ini adalah merupakan wujud syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa karena rezeki, nikmat yang mereka peroleh setiap tahun dengan harapan bahwa dengan upacara itu mudah-mudahan akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak," kata Walikota Tarakan, Khairul di pantai Amal.
Dia menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan festival Iraw Tengkayu ini merupakan agenda dua tahunan di kota Tarakan yang penyelenggaraannya sudah masuk ke kalender acara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Bahkan telah menorehkan berbagai prestasi anugerah Pesona Indonesia kategori Budaya Terpopuler dari Kemenparekraf pada tahun 2016. Pada tahun 2017 telah masuk 100 event dunia di Indonesia.
"Ritual pelarungan Padaw Tuju Dulung telah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh Kemendikbud pada tahun 2017," kata Khairul.
Festival Iraw Tengkayu yang dilaksanakan saat ini dua tahun sekali, diharapkan mulai tahun depan dilaksanakan setiap tahun. "Insya Allah mulai tahun depan akan kita laksanakan setiap tahun. Tentu dengan izin dari lembaga adat Tidung," kata Walikota.
Sebelum dilaksanakan pelarungan Padaw Tuju Dulung, terlebih dulu ditampilkan tarian kolosal yang melibatkan 220 penari dari SMP dan SMA di Tarakan serta dari sanggar tari Pagun Taka. Tarian kolosal terdiri dari tiga bagi yakni Iluk Tengkayu, Yadu Yaki dan Ayakan.
Padaw Tuju Dulung dipikul oleh 14 orang, 24 orang pembawa panji, 5 orang pawang dan seorang Lingkuda.
Acara Iraw Tengkayu X merupakan rangkaian HUT Kota Tarakan ke-22. Dilaksanakan sejak 7 Desember 2019, berbagai even dilaksanakan diantaranya olahraga, kesenian dan perlombaan.
Baca juga: Personel Satpol PP akan amankan perayaan Iraw Tengkayu
Baca juga: Masyarakat dihimbau berpartisipasi meriahkan HUT ke-22 Kota Tarakan
Padaw Tuju Dulu dalam bahasa suku Tidung merupakan suku asli Tarakan artinya perahu tujuh haluan.
"Dimana pada bagian ini adalah merupakan wujud syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa karena rezeki, nikmat yang mereka peroleh setiap tahun dengan harapan bahwa dengan upacara itu mudah-mudahan akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak," kata Walikota Tarakan, Khairul di pantai Amal.
Dia menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan festival Iraw Tengkayu ini merupakan agenda dua tahunan di kota Tarakan yang penyelenggaraannya sudah masuk ke kalender acara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Bahkan telah menorehkan berbagai prestasi anugerah Pesona Indonesia kategori Budaya Terpopuler dari Kemenparekraf pada tahun 2016. Pada tahun 2017 telah masuk 100 event dunia di Indonesia.
"Ritual pelarungan Padaw Tuju Dulung telah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh Kemendikbud pada tahun 2017," kata Khairul.
Festival Iraw Tengkayu yang dilaksanakan saat ini dua tahun sekali, diharapkan mulai tahun depan dilaksanakan setiap tahun. "Insya Allah mulai tahun depan akan kita laksanakan setiap tahun. Tentu dengan izin dari lembaga adat Tidung," kata Walikota.
Sebelum dilaksanakan pelarungan Padaw Tuju Dulung, terlebih dulu ditampilkan tarian kolosal yang melibatkan 220 penari dari SMP dan SMA di Tarakan serta dari sanggar tari Pagun Taka. Tarian kolosal terdiri dari tiga bagi yakni Iluk Tengkayu, Yadu Yaki dan Ayakan.
Padaw Tuju Dulung dipikul oleh 14 orang, 24 orang pembawa panji, 5 orang pawang dan seorang Lingkuda.
Acara Iraw Tengkayu X merupakan rangkaian HUT Kota Tarakan ke-22. Dilaksanakan sejak 7 Desember 2019, berbagai even dilaksanakan diantaranya olahraga, kesenian dan perlombaan.
Baca juga: Personel Satpol PP akan amankan perayaan Iraw Tengkayu
Baca juga: Masyarakat dihimbau berpartisipasi meriahkan HUT ke-22 Kota Tarakan