Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson keluar dari unit perawatan intensif (ICU) pada Kamis (9/4) malam waktu London karena kondisinya yang telah pulih dari COVID-19, namun masih berada di bawah pengawasan rumah sakit.
"Perdana Menteri telah dipindahkan malam ini dari ICU ke ruang rawat biasa dan akan tetap mendapat pengawasan ketat selagi dirinya berada di masa awal pemulihan. Beliau sangat amat merasa baik," kata juru bicara kantor pemerintahan.
Pemimpin negara berusia 55 tahun itu dinyatakan positif terjangkit virus corona pada 27 Maret lalu dan menjalani isolasi mandiri di kediamannya di Downing Street. Minggu (5/4), Johnson dilarikan ke Rumah Sakit St Thomas akibat terus mengalami demam tinggi dan batuk, hingga satu hari kemudian dirawat di ICU.
Johnson menjadi pemimpin negara pertama di dunia yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, membuatnya terpaksa menyerahkan sementara urusan negara, yang juga tengah menghadapi wabah penyakit itu, kepada Menteri Luar Negeri Dominic Raab.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Raab menyebut peningkatan kondisi kesehatan Johnson sebagai "kabar yang ingin didengar oleh semua orang". Sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga turut berkomentar dengan menyebut itu sebagai kabar baik.
Walaupun demikian, keterangan resmi dari pemerintah tidak menyertakan secara rinci kapan Johnson akan kembali mengemban tugas negara, dan Raab juga menekankan pentingnya membiarkan dia berfokus pada pemulihan diri.
Mengenai pembatasan yang dilakukan Inggris, Raab sebelumnya menyatakan bahwa terlalu dini untuk mengangkat status tersebut karena Inggris belum mencapai puncak wabah COVID-19.
Sejauh ini, angka kematian akibat COVID-19 di negara itu mencapai hampir 8.000 kasus, meningkat sebanyak 881 kasus dari jumlahnya pada satu hari sebelumnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Asosiasi Pemerintah Kota se-Asia Pasifik rumuskan strategi COVID-19
Baca juga: Anies sebut Jakarta sebagai kota pertama terapkan PSBB
"Perdana Menteri telah dipindahkan malam ini dari ICU ke ruang rawat biasa dan akan tetap mendapat pengawasan ketat selagi dirinya berada di masa awal pemulihan. Beliau sangat amat merasa baik," kata juru bicara kantor pemerintahan.
Pemimpin negara berusia 55 tahun itu dinyatakan positif terjangkit virus corona pada 27 Maret lalu dan menjalani isolasi mandiri di kediamannya di Downing Street. Minggu (5/4), Johnson dilarikan ke Rumah Sakit St Thomas akibat terus mengalami demam tinggi dan batuk, hingga satu hari kemudian dirawat di ICU.
Johnson menjadi pemimpin negara pertama di dunia yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, membuatnya terpaksa menyerahkan sementara urusan negara, yang juga tengah menghadapi wabah penyakit itu, kepada Menteri Luar Negeri Dominic Raab.
Dalam sebuah cuitan di Twitter, Raab menyebut peningkatan kondisi kesehatan Johnson sebagai "kabar yang ingin didengar oleh semua orang". Sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga turut berkomentar dengan menyebut itu sebagai kabar baik.
Walaupun demikian, keterangan resmi dari pemerintah tidak menyertakan secara rinci kapan Johnson akan kembali mengemban tugas negara, dan Raab juga menekankan pentingnya membiarkan dia berfokus pada pemulihan diri.
Mengenai pembatasan yang dilakukan Inggris, Raab sebelumnya menyatakan bahwa terlalu dini untuk mengangkat status tersebut karena Inggris belum mencapai puncak wabah COVID-19.
Sejauh ini, angka kematian akibat COVID-19 di negara itu mencapai hampir 8.000 kasus, meningkat sebanyak 881 kasus dari jumlahnya pada satu hari sebelumnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Asosiasi Pemerintah Kota se-Asia Pasifik rumuskan strategi COVID-19
Baca juga: Anies sebut Jakarta sebagai kota pertama terapkan PSBB
Penerjemah: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf