Wellington (ANTARA) - Jalan-jalan kota di Selandia Baru sepi pada Rabu ketika negara itu kembali menjalani penguncian (lockdown) pertama dalam enam bulan untuk menahan laju sebaran varian Delta COVID-19 yang sangat menular.
Selandia Baru sempat terbebas dari virus dan hidup tanpa pembatasan hingga Selasa ketika
Perdana Menteri Jacinda Ardern memerintahkan lockdown nasional selama tiga hari.
Pada Selasa sebuah kasus penularan lokal yang diduga diakibatkan oleh varian Delta ditemukan di kota terbesar, Auckland.
Ardern pada Rabu mengonfirmasi kasus baru itu adalah varian Delta dan jumlahnya bertambah empat menjadi lima, semuanya terkait dengan kasus pertama.
Salah satu kasus baru adalah seorang perawat di Rumah Sakit Auckland.
"Kami selalu memiliki cara sendiri untuk merespons dan cara itu berat dan dilakukan lebih awal, karena itu lebih baik daripada ringan dan lama lalu berakhir dengan penguncian yang berkepanjangan," kata Ardern dalam sebuah video yang diunggah di Facebook.
Negara itu kini berada dalam lockdown level 4, level kewaspadaan tertinggi, selama minimal tiga hari, sementara Auckland akan dikunci sepekan.
Baca juga: Selandia Baru catat kasus lokal pertama COVID sejak Februari
Di ibu kota Wellington, hanya sedikit orang terlihat di pusat kota yang biasanya ramai oleh para pembelanja dan pekerja kantor, sementara siaran TV memperlihatkan pemandangan serupa di Auckland.
Setelah lockdown diumumkan, toko-toko swalayan dipenuhi warga yang membeli persediaan bahan pokok meski pemerintah berkali-kali berusaha meyakinkan masyarakat bahwa tak akan ada kelangkaan pasokan.
Kegiatan bisnis dan sekolah berpindah ke rumah dan dilakukan secara daring.
Baca juga: PM Selandia Baru minta Taliban tegakkan HAM
Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan pemerintah akan kembali memberi subsidi upah mulai Jumat jika lockdown diperpanjang.
Kasus penularan lokal COVID-19 di Selandia Baru dilaporkan terakhir pada Februari.
Sejak itu penduduknya hidup tanpa aturan pembatasan meski sebagian perbatasan internasional masih ditutup.
Sejauh ini negara itu telah mencatat sekitar 2.500 kasus virus corona terkonfirmasi dengan 26 kematian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Wapres Afghanistan: Saya presiden "sementara"
Baca juga: Benarkah Taliban telah berubah?
Selandia Baru sempat terbebas dari virus dan hidup tanpa pembatasan hingga Selasa ketika
Perdana Menteri Jacinda Ardern memerintahkan lockdown nasional selama tiga hari.
Pada Selasa sebuah kasus penularan lokal yang diduga diakibatkan oleh varian Delta ditemukan di kota terbesar, Auckland.
Ardern pada Rabu mengonfirmasi kasus baru itu adalah varian Delta dan jumlahnya bertambah empat menjadi lima, semuanya terkait dengan kasus pertama.
Salah satu kasus baru adalah seorang perawat di Rumah Sakit Auckland.
"Kami selalu memiliki cara sendiri untuk merespons dan cara itu berat dan dilakukan lebih awal, karena itu lebih baik daripada ringan dan lama lalu berakhir dengan penguncian yang berkepanjangan," kata Ardern dalam sebuah video yang diunggah di Facebook.
Negara itu kini berada dalam lockdown level 4, level kewaspadaan tertinggi, selama minimal tiga hari, sementara Auckland akan dikunci sepekan.
Baca juga: Selandia Baru catat kasus lokal pertama COVID sejak Februari
Di ibu kota Wellington, hanya sedikit orang terlihat di pusat kota yang biasanya ramai oleh para pembelanja dan pekerja kantor, sementara siaran TV memperlihatkan pemandangan serupa di Auckland.
Setelah lockdown diumumkan, toko-toko swalayan dipenuhi warga yang membeli persediaan bahan pokok meski pemerintah berkali-kali berusaha meyakinkan masyarakat bahwa tak akan ada kelangkaan pasokan.
Kegiatan bisnis dan sekolah berpindah ke rumah dan dilakukan secara daring.
Baca juga: PM Selandia Baru minta Taliban tegakkan HAM
Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan pemerintah akan kembali memberi subsidi upah mulai Jumat jika lockdown diperpanjang.
Kasus penularan lokal COVID-19 di Selandia Baru dilaporkan terakhir pada Februari.
Sejak itu penduduknya hidup tanpa aturan pembatasan meski sebagian perbatasan internasional masih ditutup.
Sejauh ini negara itu telah mencatat sekitar 2.500 kasus virus corona terkonfirmasi dengan 26 kematian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Wapres Afghanistan: Saya presiden "sementara"
Baca juga: Benarkah Taliban telah berubah?
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf