Tanjung Selor (ANTARA) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk memperkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara).
“Kerja sama ini sudah dimulai Maret – Juli 2023, dan MBKM dicanangkan oleh Kemendikbud untuk mendorong mahasiswa meningkatkan kemampuan soft skill dan hard skill,” ujar Kepala Prodi Antropologi FISIP UI, Imam Ardhianto di Malinau, Minggu.
Dua mahasiswa Antropologi, yakni Umar Nurhamzah Yusup dan Humairah Nur Ramadilah Kurnia telah ditempatkan di Desa Long Nyau, Kecamatan Sungai Tubu, Desa Tanjung Nanga, dan Desa Long Lake Kecamatan Malinau Selatan Hulu. Keduanya akan mendukung pengembangan Potensi Ruang Mikro Aplikasi Informasi Desa (PRM – AID).
Imam Ardhianto mengatakan selama ini mahasiswa mengikuti program MBKM di sektor swasta. KKI Warsi dipilih sebagai wadah implementasi MBKM karena ingin meragamkan jalur penguatan keterampilan afektif mahasiswa Antropologi UI. Sehingga, mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang diolah menjadi kerangka advokasi.
Dengan adanya program MBKM dan kajian antropologi di Kabupaten Malinau, UI dapat menjadi fasilitator antar-kelompok yang memiliki budaya dan sosial yang berbeda-beda. Harapannya bisa membantu pemerintah kabupaten untuk menangani masalah antar-etnik seiring dengan adanya investasi, pembangunan infrastruktur dan lain-lain.
Menurut Umar Nurhamzah Yusup, mahasiswa Antropologi yang telah melakukan pendampingan di desa Long Nyau, komunitas suku Punan yang hidup di pedalaman Kaltara tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Namun, tidak menghilangkan budaya dan kearifan lokal.
“Akses menuju desa Long Nyau sangat sulit, saya harus menempuh perjalanan darat selama enam sampai tujuh jam perjalanan. Lanjut berjalan kaki delapan jam sampai ke desa Long Nyau. Meskipun berada di pedalaman Kalimantan, mereka menyesuaikan diri dengan teknologi. Dengan PRM AID, mereka memiliki database desa dan memudahkan administrasi desa,” ujarnya.
Sementara itu, Anna DS Project Officer KKI Warsi menuturkan KKI Warsi melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga, serta institusi pendidikan melalui program MBKM.
“Dengan adanya program MBKM ini, mahasiswa Antropologi UI diarahkan untuk berinteraksi secara langsung dan intensif dengan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan. Mereka diberi ruang untuk mengimplementasikan pengetahuan akademiknya secara khusus dalam memfasilitasi pengenalan teknologi melalui pembangunan dan pengembangan PRM AID,” ujar dia.
Saat ini aplikasi PRM AID telah dikembangkan di sembilan desa di Kabupaten Malinau, yaitu Long Jalan, Naha Kramo Baru, Metut, Tanjung Nanga, Long Pada, Long Nyau, Long Alango, Data Dian, dan Apauping.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KKI Warsi-UI kolabprasi perkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah
“Kerja sama ini sudah dimulai Maret – Juli 2023, dan MBKM dicanangkan oleh Kemendikbud untuk mendorong mahasiswa meningkatkan kemampuan soft skill dan hard skill,” ujar Kepala Prodi Antropologi FISIP UI, Imam Ardhianto di Malinau, Minggu.
Dua mahasiswa Antropologi, yakni Umar Nurhamzah Yusup dan Humairah Nur Ramadilah Kurnia telah ditempatkan di Desa Long Nyau, Kecamatan Sungai Tubu, Desa Tanjung Nanga, dan Desa Long Lake Kecamatan Malinau Selatan Hulu. Keduanya akan mendukung pengembangan Potensi Ruang Mikro Aplikasi Informasi Desa (PRM – AID).
Imam Ardhianto mengatakan selama ini mahasiswa mengikuti program MBKM di sektor swasta. KKI Warsi dipilih sebagai wadah implementasi MBKM karena ingin meragamkan jalur penguatan keterampilan afektif mahasiswa Antropologi UI. Sehingga, mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang diolah menjadi kerangka advokasi.
Dengan adanya program MBKM dan kajian antropologi di Kabupaten Malinau, UI dapat menjadi fasilitator antar-kelompok yang memiliki budaya dan sosial yang berbeda-beda. Harapannya bisa membantu pemerintah kabupaten untuk menangani masalah antar-etnik seiring dengan adanya investasi, pembangunan infrastruktur dan lain-lain.
Menurut Umar Nurhamzah Yusup, mahasiswa Antropologi yang telah melakukan pendampingan di desa Long Nyau, komunitas suku Punan yang hidup di pedalaman Kaltara tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Namun, tidak menghilangkan budaya dan kearifan lokal.
“Akses menuju desa Long Nyau sangat sulit, saya harus menempuh perjalanan darat selama enam sampai tujuh jam perjalanan. Lanjut berjalan kaki delapan jam sampai ke desa Long Nyau. Meskipun berada di pedalaman Kalimantan, mereka menyesuaikan diri dengan teknologi. Dengan PRM AID, mereka memiliki database desa dan memudahkan administrasi desa,” ujarnya.
Sementara itu, Anna DS Project Officer KKI Warsi menuturkan KKI Warsi melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga, serta institusi pendidikan melalui program MBKM.
“Dengan adanya program MBKM ini, mahasiswa Antropologi UI diarahkan untuk berinteraksi secara langsung dan intensif dengan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan. Mereka diberi ruang untuk mengimplementasikan pengetahuan akademiknya secara khusus dalam memfasilitasi pengenalan teknologi melalui pembangunan dan pengembangan PRM AID,” ujar dia.
Saat ini aplikasi PRM AID telah dikembangkan di sembilan desa di Kabupaten Malinau, yaitu Long Jalan, Naha Kramo Baru, Metut, Tanjung Nanga, Long Pada, Long Nyau, Long Alango, Data Dian, dan Apauping.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KKI Warsi-UI kolabprasi perkuat kelembagaan suku Punan dan Kenyah