Menteri PUPR Tinjau Infrastruktur di Kaltara

id ,

Menteri PUPR Tinjau Infrastruktur di Kaltara

CEK BADAN JALAN : Menteri PUPR melakukan tinjauan lapangan ke Kabupaten Bulungan, salah satunya mengecek kualitas badan Jalan Trans Kalimantan di wilayah Kecamatan Sekatak, Minggu (1/10). (dok humas)

Tanjung Selor (Antara News Kaltara) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI M Basuki Hadimulyono mengatakan, ada beberapa isu strategis di Kalimantan Utara (Kaltara) yang menjadi perhatian pemerintah, terutama melalui Kementerian PUPR. Salah satunya, adalah pembangunan infrastruktur jalan di wilayah perbatasan. Demikian disampaikan Basuki, usai melakukan penunjauan lapangan di beberapa lokasi di Kaltara, Minggu (1/10). "Mulai dari kemarin (30/9) dan hari ini tadi, saya baru saja melihat beberapa proyek di Tarakan, Malinau dan di Bulungan. Termasuk juga ke perbatasan di Long Bawan (Krayan, Nunukan)," kata Basuki sesaat sebelum meninggalkan Tanjung Selor di Bandara Tanjung Harapan.

Basuki mengatakan, salah satu program Kementerian PUPR yang menjadi prioritas di Kaltara adalah pemenuhan infrastruktur di perbatasan. Utamanya jalan dan jembatan. Pihaknya menargetkan pembukaan jalan paralel sepanjang 1.098 kilometer (KM) di perbatasan RI-Malaysia akan tuntas pada 2019 mendatang. "Sebelumnya sudah mulai dibangun, tapi lebih efektif sejak 2015. Dari 600 Km jalan paralel yang dikerjakan, sudah terbuka sekitar 400 Km. Dan tahun ini (2017) juga sudah terselesaikan 117 Km. Sisanya kita kebut di 2018, dan insya Allah jalan perbatasan sepanjang 1.098 Km di Kaltara akan tuntas semua terhubung pada 2019," ungkapnya.

Ditegaskan, pembukaan jalan paralel perbatasan ini, progresnya sampai pada pengerasan atau agregat. Untuk hingga pengaspalan diprogramkan selanjutnya. "Untuk tahap ini kita sampai agregat dulu. Yang penting semua terbuka, dan bisa dilalui," kata Basuki.

Masih untuk jalan ke perbatasan, imbuhnya, atas usulan dari pemerintah daerah, pusat juga akan membangun jalan dari Malinau hingga ke Krayan (Nunukan). Targetnya, juga dituntaskan pada 2019. "Termasuk juga akan kita bangun pintu lintas batasnya. Semua akan kita selesaikan paling lambat pada 2019," imbuhnya.

Selain pemenuhan infrastruktur perbatasan, Basuki mengatakan, program prioritas lainnya di Kaltara adalah terkait dengan sarana air bersih serta irigasi pertanian. “Untuk sarana air bersih. Kita ada bangun beberapa embung untuk menjadi sumber air baku di Tarakan, Malinau, Nunukan dan Bulungan. Terutama di wilayah kepulauan seperti Tarakan, akan kita bangun beberapa," kata Basuki lagi.

Sebelumnya, Sabtu (30/9) Basuki juga menyambangi Kota Tarakan. Di lokasi ini, Basuki memantau langsung pengerjaan infrastruktur yang menjadi tanggung jawab kementeriannya. Adapun infrastruktur yang dibangun adalah yang paling dibutuhkan, yaitu embung. Embung adalah fasilitas penampungan air mirip bendungan namun dalam kapasitas yang jauh lebih kecil. "Sekarang sedang dibangun embung-embung di Tarakan yang memang kebutuhan urgent-nya untuk air minum," kata Basuki di Tarakan.

Adapun embung yang dibangun saat ini total berjumlah 3 buah. Yakni, Embung Rawa Sari, Embung Bengawan dan Embung Indulung dengan total kapasitas sebesar 400 liter air. Salah satu embung yang sempat ditinjau Basuki adalah Embung Rawasari. Embung ini terletak di Kelurahan Karang Harapan Kecamatan Barat, Kota Tarakan, Kaltara. Embung ini memiliki tampungan efektif 112,982 liter air dan bakal menyuplai air baku sebagai bahan baku air minum Kota Tarakan sebanyak 100 liter per detik. Total anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 54,45 miliar.

Tiga embung yang dibangun ini melengkapi embung lain yang sudah lebih dahulu dibangun sebelumnya di Kota Tarakan. "Sudah ada yang ter-instal itu 400 liter per detik. Itu juga dari embung-embung," sambung dia.

Pembangunan embung di Tarakan, kata Basuki, sangat penting. Mengingat, kawasan ini sangat dekat dengan laut sehingga kualitas air tanahnya payau, akibat tercampur air laut. "Karena kalau di pulau kecil, dari air tanah pasti terpengaruh air laut jadi payau. Sementara, kalau di pulau itu sumber airnya pasti terbatas," sebut dia.

Meski demikian, lanjut Basuki, Tarakan membutuhkan satu embung lagi dengan kapasitas 100 liter.

"Kota Tarakan ini luasnya sekitar 250 Km persegi, penduduknya sekitar 200 ribu. Kebutuhan air minumnya sekitar 900 liter per detik untuk kebutuhan 200 ribu penduduk termasuk industri. Saat ini, dari kebutuhan 900 liter per detik, sudah ter-install 400 liter per detik. Dengan tambahan embung-embung baru yang sedang dalam progres, bisa tambah 400 lagi. Jadi di 2018, masih butuh 100 liter (embung berdaya tampung 100 liter) lagi," tuntasnya.