Pelestarian Budaya Bulungan

id Pelestarian budaya bulungan

Pelestarian Budaya Bulungan

Budaya perkawinan Bulungan (Datiz)

Kepala Dinas Pendidikan Bulungan Jamaluddin Saleh (Datiz)
I
Kepala Disdik Bulungan Jamaluddin Saleh (Datiz)
Biduk bebandung atau perahu besar berpendopo (Datiz)m
Tanjung Selor (Antaranews Kaltara) - Perkawinan adat Suku Bulungan harus dilestarikan karena bentuk upaya pelestarian budaya.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Bulungan Jamaluddin Saleh di Tanjung Selor, Senin.

"Tradisi budaya Bulungan tidak kalah dengan daerah lain, tapi mesti terus dipromosi oleh Dinas Pariwisata, Pemudan dan Olahraga serta dipelihara atau dilestarikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.

Ia menilai bahwa salah satu ritual yang syarat nilai budaya adalah perkawinan suku Bulungan.

Ia menjelaskan bahwa hal itu sesuai Permendikbud No 10 Tahun 2014 tentang Pedoman Tradisi.

Salah satunya adalah perayaan pernikahan dan perkawinan yang menggelar ritual tradisi Bulungan adalah antara Datu Isya Azhari sPD dengan Amanah Fernanda sPD.

Acara pernikahan ini menggelar tradisi Bulungan, di antara Biduk Babandung untuk mengantar mempelai pria serta menggelar musik tradisional klantangan Raja Berangkat.

Biduk Babandung merupakan perahu besar berpendopo.

Keberadaan Biduk Bebandung tidak terlepas dari sejarah berdiri Kesultanan Bulungan.

Hal itu menandakan tibanya seorang raja Melayu yang membangun Kesultanan Bulungan, yakni Datu Lancang pada sekitar abad 14.

Biduk Bebandung kemudian digelar setiap kedatangan tamu agung, pada pesta budaya Birau (HUT Bulungan) dan perkawinan kerabat kesultanan Bulungan.

Selain itu, setiap acara budaya digelar tarian tradisional serta musik khas Bulungan, yakni kelantangan.

Sementara iru, salah seorang pelatih tari Bulungan, Hajah Qomariah menjelaskan bahwa perlu dukungan semua pihak untuk melestarikan budaya Bulungan.

Khususnya untuk meningkatkan keperdulian generasi muda untuk melestarikan berbagai kesenian daerah Bulungan, misalnya tarian, nyanyian serta drama yang dikenal dengan Mamanda.

"Salah satu tradisi Bulungan yang benar-benar terancam punah adalah seni drama serta bersyair. Sedangkam musik dan tari masih aksis meskiipun kian sedikit generasi muda mau mempelajarinya," kata dia.