Pemprov Dorong Masyarakat Adat Ciptakan Swasembada Pangan

id Masyarakat, adat, ciptakan, swasembada, pangan

Pemprov Dorong Masyarakat Adat Ciptakan Swasembada Pangan

Gambar Ilustrasi (humasprovkaltara)

Tanjung Selor (Antaranews Kaltara) - Dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara), terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong agar masyarakat adat di wilayah ini bisa menciptakan swasembada pangan. Utamanya dalam memanfaatan sumber daya alam (SDA) di sekitar yang melimpah.

Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie mengungkapkan, nilai-nilai kearifan lokal yang tertanam pada masyarakat adat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayan, terbukti mampu mendukung upaya pelestarian yang ada. Di mana seluruh kebiasaan dan norma yang berkembang pada masyarakat tersebut, bersifat menyelaraskan pemenuhan kebutuhan hidup dan kelestarian alam dalam jangka waktu panjang.

Berdasarkan laporan karakteristik DAS Kayan yang diteliti Universitas Gajah Mada (UGM), dibeberkan Gubernur, nilai lokal menjadi acuan pemanfaatan seluruh sumber daya yang tersedia pada DAS Kayan. Dari sisi teknis, hal tersebut membentuk budaya masyarakat untuk tidak mengeksploitasi secara berlebihan dan menggunakan alat bantu yang tidak ramah lingkungan. “Cara-cara seperti ini yang harus mendapat dukungan penuh, agar ekologi DAS Kayan bisa terus terjaga di tengah perannya mendukung pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat,“ terangnya.

Nilai kearifan lokal, dinilai Irianto, juga berfungsi sebagai sarana konservasi DAS Kayan dari berbagai macam faktor yang dapat menurunkan kualitas air serta habitat disekitarnya. Kemampuan masyarakat ini, salah satunya juga bisa dapat dilihat dari berbagai varietas jenis tanaman yang dibudidayakan di sekitar aliran sungai. “Salah satunya adalah varietas jenis padi yang terpelihara dan tidak memiliki efek negatif dalam kegiatan produksinya dari penanaman hingga proses panen,” lanjut Gubernur.

Sesuai laporan yang diterima, Gubernur mengungkapkan bahwa banyak hal menarik yang didapati di ruang lingkup masyarakat adat. Secara umum, masyarakat adat memiliki sistem ekonomi yang bersifat berkelanjutan dan mampu mewujudkan swasembada pangan untuk kelompoknya.

Di sisi lain, berdasarkan wawancara yang dilakukan pada masyarakat setempat di Desa Long Lejuh, tercatat banyak fenomena menarik yang menggambarkan eratnya hubungan antara masyarakat dengan lingkungan. Seperti contoh, masih ada spesies harimau yang cenderung bersahabat dengan masyarakat.

“Bersahabat disini dimaksudkan, adalah masyarakat setempat sudah terbiasa dalam menangani hewan ini. Kebiasaan hidup berdampingan yang saling menjaga, dikatakan masyarakat telah membentuk hubungan emosional sebagai sesama makhluk yang berada di sekitar DAS Kayan,” ulasnya.

Kemudian yang juga menjadi ciri khas adalah habitat buaya yang dikatakan masyarakat masih kerap terlihat di tepi sungai DAS Kayan. Menurutnya, keberadaan buaya sangat dihargai dan ada norma untuk tidak melukai sampai membunuh ketika buaya tersebut tidak membahayakan.

“Nilai-nilai kearifan lokal seperti ini muncul dari adanya bentuk adaptasi masyarakat yang sudah dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Namun memang saat transportasi sungai semakin bertambah saat ini, kemunculannya juga semakin jarang terlihat,” lanjut Irianto.

Rekomendasi dari hasil kajian tersebut, kata Gubernur, akan ditindaklanjuti oleh Pemprov Kaltara melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappeda-Litbang. Di antaranya, nilai-nilai tersebut perlu mendapat dukungan agar tidak penuh di tengah transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain nilai kearifan lokal, masyarakat adat juga meninggalkan beberapa bentuk fisik yang sama-sama membutuhkan perhatian dari pemerintah dan unsur masyarakat lainnya.

“Pada hakikatnya, fungsi sungai Kayan sebagai sumber penghidupan baik di masa sekarang maupun untuk masa datang. Sehingga seluruh pihak memang harus turut serta menjaga kelestariannya,” imbuh Gubernur.