Antisipasi Karhutla, Dishut Bentuk Satgas dan MPA

id Satuan,Tugas,Pengendalian,Kebakaran,Lahan

Antisipasi Karhutla, Dishut Bentuk Satgas dan MPA

Gambar Infografis (humasprovkaltara)

Tanjung Selor (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) melalui Dinas Kehutanan (Dishut) membentuk Satuan Tugas (Satgas) pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di setiap kabupaten dan kota yang melibatkan sejumlah instansi teknis terkait. Selain itu, pada tahun ini melalui Dana Bagi Hasil (DBH) akan diberikan bantuan sarana-prasarana untuk pengendalian Karhutla untuk setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kaltara. Demikian disampaikan Kepala Dishut Kaltara Syarifuddin di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Dijelaskan Syarifuddin, tak hanya satgas, Dishut juga membentuk posko pengendalian karhutla. “Ini didasarkan pada Inpres (Instruksi Presiden) No. 11/2015, tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan serta peraturan terkait lainnya,” kata Syarifuddin.

Sedangkan untuk DBH, teranggarkan sekitar Rp 8 miliar untuk bantuan sarpras pengendalian karhutla pada setiap KPH di Kaltara. “Sarpras itu, di antaranya mobile slip on, mesin pompa portabel, selang pemadam karhutla, peralatan dan perlengkapan petugas pemadam, drone, alat komunikasi dan motor trail. Untuk prosesnya, saat ini masih proses lelang,” ungkapnya.

Tak itu saja, Dishut juga akan membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) yang berperan mengantisipasi dan mencegah terjadinya karhula di Kaltara. “Nanti, setiap KPH memiliki 2 regu MPA. Tiap MPA, beranggotakan 15 orang,” jelasnya.

Lebih jauh, berdasarkan hasil patroli identifikasi serta pengambilan titik hotspot menurut peta rawan kebakaran hutan, untuk Kaltara, daerah yang benar-benar rawan karhutla adalah Bulungan dan Malinau. “Kerawanannya, karena kedua wilayah ini lahannya kering juga kelalaian manusia,” tuturnya.

Sebagai informasi, langkah antisipasi Dishut tersebut merupakan tindak lanjut dari Radiogram Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait peningkatan upaya pengendalian karhutla di Indonsia. Isi radiogram tersebut, diantaranya prediksi Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) bahwa el Nino pada Maret 2019 merupakan el Nino lemah. Sementara, pada April dan September 2019 diprediksi akan terjadi el Nino moderat. El Nino sendiri, menyebabkan musim kemarau semakin kering sehingga karhutla akan semakin mudah terjadi.