Jenewa karantina 2.000 orang gegara dua kasus Omicron

id Omicron,Corona

Jenewa karantina 2.000 orang gegara dua kasus Omicron

Jenewa karantina 2.000 orang gegara dua kasus Omicron

Jakarta (ANTARA) - Dua wilayah di Swiss, yaitu Jenewa dan Vaud, telah mengarantina 2.000 orang, yang sebagian besar adalah anak-anak, setelah dua kasus varian Omicron ditemukan di sebuah sekolah internasional.

Jenewa, kota pusat keberadaan para diplomat internasional dan tempat markas besar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berada, sebelumnya memastikan bahwa kasus pertama berasal dari seseorang yang datang kembali dari Afrika Selatan.

Satu kasus lainnya diduga juga terkait dengan orang yang sama.

"Setelah dipastikan ada dua kasus varian Omicron pada orang-orang yang memasuki kampus Châtaigneraie di Sekolah Internasional Jenewa, badan layanan medis wilayah Vaud dan Jenewa bersama-sama memutuskan untuk mengarantina semua pelajar dan staf kampus selama sepuluh hari," kata badan kesehatan Jenewa melalui pernyataan pada Kamis (2/12) malam.

Baca juga:Swiss donasikan 4 juta dosis vaksin AstraZeneca kepada COVAX

WHO pekan lalu menggolongkan Omicron sebagai varian COVID-19 yang harus diwaspadai.

Swiss telah mengindentifikasi beberapa kasus varian baru itu di lima wilayah.

Negara itu juga telah memberlakukan larangan perjalanan dari Afrika bagian selatan serta kewajiban karantina pada orang-orang yang tiba dari 23 negara, termasuk Jepang, Inggris, dan Kanada.


Pihak berwenang mengatakan 1.600 dari orang-orang yang dikarantina di Vaud dan Jenewa adalah anak-anak.

Selain siswa, para orang tua, adik dan kakak siswa juga akan perlu menjalani tes deteksiOmicron.

Badan kesehatan Swiss tidak mengatakan apakah pemberlakuan karantina yang baru itu ada kaitannya dengan kasus yang dipastikan muncul sebelumnya.

Namun, badan tersebut mengatakan kedua kasus terkonfirmasi itu "berkaitan erat dalam keluarga seseorang yang positif saat kembali dari Afrika Selatan."

Sumber: Reuters

Baca juga:Dugaan kasus pertama COVID-19 Omicron ditemukan di Swiss
Baca juga:Swiss sarankan vaksin "booster" COVID bagi lansia 65 tahun ke atas
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mulyo Sunyoto