Promosi bisa dilakukan di belakang meja, tanpa harus mengunjungi satu persatu wisatawan
Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan daya tarik wisata akan ditentukan oleh sejauh mana kekuatan promosinya.

"Promosi pariwisata bukan hanya bertujuan mengenalkan satu destinasi wisata, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kepada wisatawan tentang nilai penting destinasi tersebut," kata Pengamat Pariwisata Unsoed, Chusmeru di Purwokerto, Senin.

Dia menjelaskan, promosi wisata yang efektif akan menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung.

"Mengapa seorang wisatawan lebih memilih satu objek wisata dibanding objek wisata yang lain, juga karena promosi wisata yang efektif," katanya.

Dia menambahkan, pada saat ini, promosi pariwisata lebih sering dilakukan secara digital atau dikenal juga dengan istilah e-tourism.

Promosi digital, biasanya memanfaatkan website, media sosial, dan berbagai aplikasi lainnya untuk mengenalkan, menawarkan, dan menjual destinasi wisata tersebut.

Dia menambahkan, ada beberapa pertimbangan, mengapa promosi digital dianggap penting. Pertama, karena promosi digital lebih murah dibanding promosi konvensional.

"Promosi bisa dilakukan di belakang meja, tanpa harus mengunjungi satu persatu wisatawan," katanya.

Kedua, kata dia, promosi digital lebih cepat penyebarannya dibanding dengan promosi konvensional.

"Dalam hitungan detik, satu destinasi bisa dikenalkan ke berbagai penjuru dunia. Selain itu, setiap saat, informasi seputar objek wisata juga bisa diperbaharui," katanya.

Ketiga, kata dia, promosi digital akan lebih efektif menyasar wisatawan secara masif.  "Hal ini disebabkan perilaku wisatawan di era Industri 4.0 yang mengandalkan sumber informasi wisata dari media sosial," katanya.

Dengan demikian, dia mengingatkan pentingnya promosi wisata yang baik dan efektif. "Karenanya diperlukan upaya kreatif mengemas satu destinasi untuk dipromosikan secara digital," katanya.

Baca juga: Kemenperin pertemukan akademisi-pelaku usaha maksimalkan "big data"

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019