Denpasar (ANTARA) - Tim Rescue Shark Paiton yang terdiri dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar bersama Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Kementrian Kelautan dan Perikanan, melakukan evakuasi seekor Hiu Paus (rhincodon typus) dengan menggunakan prinsip Animal Wefare atau kesejahteraan hewan, keamanan dan keselamatam personil.

"Dalam mengevakuasi kali ini tim mengaplikasikan metode kombinasi dengan prinsip Animal Wefare yang merupakan perbaikan dari metode - metode sebelumnya,"kata Kepala BPSP Denpasae Sukowardono ketika dikonfirmasi melalui telephone,  Jumat.

Ia menjelaskan evakuasi Hiu Paus, menggunakan teknik yang dikombinasikan dari beberapa metode yang sebelumnya telah melalui proses uji coba, yaitu dengan jaring kantong yang diberi bingkai besi berukuran 6 x4 meter di bagian mulut jaring. Dalam hal ini, tim menerjunkan tiga unit perahu karet untuk menghalau hiu paus agar masuk ke dalam jaring dan dapat ditarik oleh perahu karet ke arah laut.

Kegiatan ini telah dilaksanakan selama empat hari, oleh para tim Rescue Shark Paiton, mulai dari 16 hingga 19 September 2019. Kegiatan evakuasi terhadap hiu paus dilakukan dari kanal Inlet PLTU paiton ke laut lepas pada (19/9) dan dapat diselesaikan tepatnya pada hari ini (20/9).

Ia menambahkan dalam melakukan evakuasi, tentu disertai dengan menggunakan beberapa metode sesuai prinsip Animal Walfare, keamanan dan keselamatan personil setelah sebelumnya mengalami kendala.

"Hambatannya dalam mengevakuasi ini, tentu karena kondisi arus yang deras, kanal yang dengan bangunan penghalang yang ada, tidak semua speed atau perahu bisa masuk kanal karena terhalang pintu inlet kanal, apalagi ikan sangat aktif dan diperlukannya model alat tangkap yg spesifik," kata Sukowardono.

Menurut dia, adanya kondisi arus yang deras dapat menyedot peralatan yang digunakan. Selain itu, pompa - pompa yang digunakan ini dapat menyedot air sehingga menyebabkan aliran air yg deras.

"Tepat pukul 13.00 WIB spesies ikan terbesar ini berhasil digiring untuk nantinya dilepaskan ke laut lepas dan masuk ke dalam jaring kantong tanpa perlawanan," katanya.

Perairan di sekitar PLTU Paiton menjadi salah satu sumber makanan bagi hiu paus. Ditambah lagi dengan banyaknya mangrove dan terumbu karang dan keberadaan muara beberapa sungai yang memiliki banyak nutrien yang dibutuhkan hiu paus.

"Kalau hasil evakuasi ini, tidak ada luka di tubuh hiu paus, melainkan kondisinya dapat berenang secara aktif dan responsif," katanya.

Disamping itu, untuk keberadaan kawanan dari Ikan hiu paus lainnya, dengan jumlah puluhan ekor biasanya akan muncul pada bulan Juli di daerah sekitar perairan Pasuruan. Selain itu, pada bulan Agustus sampai September kawanan hiu paus akan mengarah ke timus menuju perairan probolinggo.

Pada bulan Agustus hingga September kawanan ikan ini akan mengarah ke timur menuju perairan Probolinggo. Berlanjut pada bulan Desember ke Januari akan berpindah menuju perairan Situbondo.

"Diprediksi akan bermigrasi ke luar Selat Madura menuju Benua Australia, ke pulau Sulawesi, pulau Sumbawa, pulau Flores hingga ke perairan negara Filiphina," katanya.

Pergerakan kawanan hiu paus bergantung dari sumber makanan berupa plankton dan ikan kecil. Para kawanannya juga memiliki kebiasaan berenang secara individu untuk menemukan sumber makanan hingga ke daerah pesisir atau perairan dangkal.

Baca juga: Ikan hiu paus tutul terdampar di Pantai Lumajang
Baca juga: Seekor ikan hiu paus terdampar di Pantai Bambang Lumajang
Baca juga: Hiu paus terdampar di laut Palabuhanratu Sukabumi


Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019