Surabaya (ANTARA) - Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari Pemerintah Kota Surabaya, Jatim, yang bertujuan untuk mencegah kekerdilan (stunting) bagi anak menyasar kepada 893 lembaga Pos PAUD Terpadu (PPT) dengan total peserta didik sebanyak 32.351 anak.

"Program ini diberikan dalam bentuk kudapan dan bukan makanan pokok, dengan waktu dua kali dalam satu bulan," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Ikhsan di Surabaya, Senin.

Pihaknya terus memaksimalkan penerapan program PMT tersebut, salah satunya dengan melakukan sosialisasi dan review kepada pengelola PPT di Surabaya. Tujuan sosialisasi itu adalah untuk memberi pengetahuan kepada orang tua peserta didik dalam memperbaiki pola makan anak dan meningkatkan kualitas makanan yang sehat dan bergizi.

Ikhsan mengatakan pemberian PMT dengan kudapan makanan lokal yang memiliki komposisi gizi seimbang ini sudah sesuai rekomendasi ahli gizi, sehingga komposisi makanan yang diberikan itu sangat menunjang kesehatan anak.

"Jadi, PPT silahkan sampaikan data peserta didik kepada dinas untuk diberi PMT," ujarnya.

Baca juga: Iriana ajak pengajar PAUD waspadai stunting

Baca juga: SEAMEO : "stunting" masalah lintas generasi


Ikhsan menyebut saat ini usulan dan pelaporan PMT sudah menggunakan sistem simpaud yakni pengelola PAUD cukup mengakses laman https://simpaud.dispendik.surabaya.go.id, untuk usulan dan pelaporan.

"Tahun 2019, Pemkot Surabaya memberikan PMT kepada 893 lembaga dengan total 32.351 anak," katanya.

Sementara itu, Kabid Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Masyarakat, Kesenian dan Olahraga Pendidikan (PDKOP) Dispendik Surabaya, Thussy Apriliyandari menjelaskan, pada 2020 mendatang, Surabaya ditunjuk Dirjen PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai kota percontohan percepatan pencegahan kekerdilan (stunting) di Indonesia.

"Karena itu kami memastikan bakal melakukan percepatan, salah satunya melalui program PMT ini," katanya.

Menurut dia, kekerdilan (stunting) adalah kumpulan gejala, tidak hanya aspek dari tinggi badan saja, tapi juga aspek-aspek lain. Selain itu, di dalam anak pendek tersebut, juga ada gejala kesehatan kecerdasan yang membuat penyebab kekerdilan tidak hanya dari makanan, tapi bisa dari kesehatan lingkungan dan lainnya.

"Kita sudah berkeliling ke sejumlah titik di Surabaya, memberikan pelatihan kepada puluhan pengelola PPT, dalam rangka kegiatan pencegahan kekerdilan," katanya.*

Baca juga: IIKT asuh 58 anak stunting di Bangka Belitung

Baca juga: Ketua IIP BUMN apresiasi IIKT tangani stunting di Babel

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019