Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pita Putih Indonesia Dr Ir Giwo Rubianto MPd mengatakan ibu melahirkan dan bayi baru lahir dituntut untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru atau normal baru.

"Tidak hanya masyarakat pada umumnya yang dituntut beradaptasi dengan kebiasaan baru namun sesuai dengan tema yang diambil pada hari ini, ibu baru melahirkan dan bayi baru lahir pun dituntut untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru," ujar Giwo dalam webinar di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan WHO menyatakan bahwa pandemi COVID-19 jauh dari selesai. Sehingga pada masa mendatang COVID-19 akan tetap ada. Untuk itu masyarakat dituntut akan hidup berdampingan dengan COVID-19 yang tidak diketahui kapan musnahnya, sambil menunggu ditemukannya vaksin.

Indonesia dihadapkan dengan kenyataan bahwa perubahan perilaku masyarakat masih banyak disikapi dengan kegagapan, khususnya bagi masyarakat tingkat akar rumput. Sehingga pemutusan mata rantai COVID-19 di masyarakat terkendala oleh perilaku masyarakat itu sendiri.

Baca juga: PPI terus dorong kampanye kesehatan reproduksi di tengah pandemi

Pada masa pandemi seperti saat ini, lanjut dia, pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak berupaya untuk memastikan agar kehamilan dan persalinan berjalan dengan aman.

"Aliansi Pita putih Indonesia berkomitmen mengatasi masalah yang dihadapi perempuan dan anak-anak Indonesia dengan mengaktifkan gerakan masyarakat dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) melahirkan dan bayi baru lahir, prevalensi anemia , malnutrisi, tingkat prevalensi kontrasepsi yang rendah dan perkawinan anak," jelas dia.

Dokter Medik dan Keperawatan di RSAB Harapan Kita, dr Retno Widyaningsih, mengatakan pandemi lebih dari sekedar krisis kesehatan.

"Namun fokus fasilitas kesehatan adalah melayani semua untuk menyelamatkan nyawa dan menghentikan pandemi," jelas Retno.

Retno berharap ibu hamil dan melahirkan tidak takut datang ke rumah sakit. Pada era normal baru, rumah sakit melakukan sejumlah upaya demi memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien.

Baca juga: Pandemi COVID-19 tidak berpengaruh pada angka kehamilan di Bekasi

Mulai dari asesmen risiko, cuci tangan, badan bersih dan higienis, jaga jarak, serta menerapkan etika batuk dan bersin.

"Masa transisi bukan berarti tidak ada virus. Untuk tetap jaga stamina, kesehatan dan jaga jarak," imbuh Retno.

Portfolio Manager Quality of Care USAID-Jalin, Dr Pancho Kaslam, mengatakan memasuki era normal baru yang tidak berubah adalah fokus pada kesehatan ibu dan bayi.

"Satu kematian ibu dan bayi yang baru lahir adalah bencana bagi kita semua," jelas Pancho.

Pancho menambahkan esensi adanya COVID-19 dan angka kematian ibu dan bayi adalah ketahanan diri. Ibu hamil atau melahirkan bukan meninggal karena preeklampsi namun gizi buruk.

"Untuk itu, asupan gizi untuk ibu hamil harus benar-benar diperhatikan," imbuh Pancho.***3***

Baca juga: Pendarahan penyebab tersering kematian ibu

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020