Jakarta (ANTARA) - Para ahli merekomendasikan sejumlah hal untuk mengakselerasi sumber daya manusia (SDM) talenta digital Indonesia sebagai salah satu langkah untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia seperti diungkapkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional, Dr. Ing. Ilham A. Habibie, menyarankan pemberlakuan kurikulum berbasis STE(AM) yakni Science, Technology, Engineering, (Arts) dan Mathematics di sekolah.

Kurikulum itu berorientasi pada cara belajar project-based untuk mempersiapkan SDM yang mampu bekerja secara inovatf, berdaya saing dan produktif di masa mendatang.

"Biasanya diajarkan dengan project-based learning, tidak lagi (kurikulum) diajarkan di ruang kelas, kita mencari sendiri sambil dibina gurunya dalam konteks proyek. Ada aplikasi teori," ujar Ilham dalam "FGD: Perumusan Rencana Aksi Akselerasi Pertumbuhan SDM Talenta Digital Mendukung Percepatan Transformasi Digital di Indonesia" yang digelar secara virtual, Rabu.

Baca juga: Presiden Jokowi : Indonesia butuh 9 juta talenta digital

Baca juga: Kemandirian belajar, kunci mendorong talenta digital


Selain kurikulum, staf pengajar yang disesuaikan kebutuhan juga menjadi hal penting yang tak bisa dikesampingkan demi tercapainya target hadirnya talenta digital kurang lebih sembilan juta orang untuk 15 tahun ke depan, atau kurang lebih 600 ribu per tahunnya.

Ilham juga memandang pentingnya kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi untuk memperkuat kemampuan dan mempercepat pertumbuhan talenta digital.

Sejalan dengan ini, Kepala Pusat Pengembangan Profesi dan Sertifikasi Kemenkominfo, Hedi M. Idris mengungkapkan telah menginisasi sejumlah program antara lain melalui pelatihan dan sertifikasi salah satunya program Digital Talent Scholarship. Program ini membekali talenta digital di Indonesia agar mereka siap menghadapi revolusi industri 4.0.

Kemudian, untuk memperkuat ekosistem digital melalui Digital Talent Scholarship, Hedi menilai asosiasi profesi bisa berperan membina kerja sama sekaligus menjadi wadah aspirasi profesi.

Selanjutnya, perusahaan sebagai pemangku kepentingan dapat memberi masukan untuk kurikulum, memanfaatkan lulusan Digital Talent Sholarship dan memberi feedback mengenai kesesuaian.

Baca juga: Tokopedia gelar konferensi dukung pertumbuhan talenta digital

Baca juga: Alibaba Cloud gandeng universitas RI kembangkan talenta digital


Terakhir, sektor pendidikan yakni universitas dan politeknik bisa berperan mengolah masukan industri dalam menyusun kurikulum serta mendidik SDM Indonesia.

Anggota Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional, Prof. Ir. Zainal Arifin Hasibuan menambahkan, akselarasi talenta digital nasional bisa dilakukan melalui berbagai cara dan dua yang tercepat yakni peningkatan kualitas Lembaga Sertifikasi Nasional TIK dan memfasilitasi kolaborasi industri dan perguruan tinggi seperti hal yang diungkapkan Ilham.

Rekomendasi lainnya, mengindetifikasi dan memetakan kebutuhan kemampuan digital, lalu meningkatkan kualitas dan kuantitas SKKNI di bidang TIK sesuai kebutuhan industri dan pengembangan teknologi.

Selain itu, mendorong pertumbuhan talenta digital melalui insentif sertifikasi, mendorong pertumbuhan pasar lokal dan meluncurkan pendanaan untuk proyek pendidikan dan teknologi digital.

Pada akhirnya, SDM talenta digital sebagai bagian dari tranformasi digital diharapkan bisa mengoptimalkan kualitas hidup masyarakat.

"Melakukan transformasi digital yang paling penting mengoptimalkan kualitas hidup, apa itu kesejahteraan sosial, ekonomi, penting. Diyakinkan aspek digital bisa membantu, adanya ekonomi yang merata, digitalisasi diharapkan bisa membantu tujuan itu," kata Ilham.

Baca juga: Kisah Christopher Farrel, usia 18 tahun jadi CEO dan kerja di Google

Baca juga: Kominfo ajak talenta digital Indonesia buat aplikasi selama pandemi

Baca juga: Microsoft ingin kembangkan talenta digital Indonesia

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020