Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga Februari 2010 telah mencapai Rp44,6 triliun.

Rahmat mengatakan dalam talk show Membedah APBN 2010 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, bahwa penerbitan SBN tersebut dilakukan untuk mengejar penerbitan awal tahun pada semester I.

Ini sebagai bagian dari strategi frontloading (penerbitan di awal tahun-red) di semester I 2010," ujarnya.

Menurut dia, jumlah penerbitan SBN sebesar Rp44,6 triliun tersebut merupakan 25,4 persen dari total target penerbitan gross SBN sebesar Rp175,06 triliun.

Penerbitan SBN bruto tersebut terdiri atas SUN (surat utang negara) dengan kupon senilai Rp13,25 triliun, sukuk (obligasi syariah) ritel Rp8,03 triliun, SUN tanpa kupon Rp3,9 triliun, sukuk domestik Rp0,95 triliun dan obligasi internasional Rp18,55 triliun.

Untuk sukuk ritel, penerbitan yang kedua per 10 Februari, pemerintah telah menjaring sebanyak 17.231 investor.

Rahmat menambahkan, kebijakan pembiayaan pada 2010 masih terdiri atas penerbitan SBN dan penarikan pinjaman luar negeri namun pemerintah akan memberikan fokus pada pembiayaan dalam negeri.

"Kita akan memprioritaskan penerbitan SBN Rupiah di pasar domestik, makin banyak diterbitkan, pasar akan semakin luas," ujarnya.

Menurut dia, pinjaman valas hanya bersifat komplementer untuk menghindari crowding out dengan sektor swasta yang juga menerbitkan surat utang namun penerbitan surat utang valas berupa global bond maupun sukuk diharapkan memperkuat cadangan devisa.

Ia menambahkan pada 2009 terjadi potensi penghematan pembiayaan hingga Rp14,1 triliun dimana jumlah tersebut terdiri atas penghematan dari kinerja pengelolaan utang sebesar Rp7,85 triliun dan penghematan karena kondisi pasar sebesar Rp6,25 triliun.

Menurut dia, penghematan tersebut terjadi akibat kinerja pengelolaan utang dengan adanya diversifikasi instrumen yaitu dengan penerbitan global bond, global sukuk, samurai, pinjaman siaga, pinjaman program dan proyek, produk ritel (ORI dan sukuk ritel), serta SPN (Surat Perbendaharaan Negara) bertenor setahun.

"Kita juga lakukan pembelian kembali SBN oleh pemerintah (buyback) dan penggantian SBN lama dengan yang baru (debt switch)," ujarnya.

Rahmat mengatakan dari sisi kondisi pasar juga dipengaruhi suku bunga pasar yang turun serta nilai tukar Rupiah stabil dan cenderung menguat.

"Ada kepercayaan pasar terhadap prospek fundamental ekonomi Indonesia dan kredibilitas pemerintah dalam menangani krisis," ujarnya.

Untuk itu, pemerintah juga akan meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan sovereign credit rating.

Rahmat menambahkan, dalam kebijakan pembiayaan 2010, pemerintah juga akan meningkatkan pemanfaatan pinjaman Luar negeri untuk membiayai proyek-proyek prioritas dan mengurangi secara konsisten serta memanfaatkan pinjaman tersebut dari kreditur multilateral dan bilateral yang memiliki kondisi syarat sesuai. (S034/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010