Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan teknologi bisa membuka akses pendidikan tinggi seluas-luasnya dan dapat dilakukan dengan mudah.

"Dengan menjalankan layanan pendidikan tinggi berbasis daring, akses pendidikan tinggi semakin terbuka. Pembelajaran jarak jauh di Universitas Terbuka bisa menjadi platform terbaik," ujar Bambang dalam wisuda daring di Jakarta, Selasa.

Dia juga menyambut baik langkah UT yang mengedepankan semangat berbagi dan bekerja sama di tengah pandemi COVID-19, di antaranya dengan memberikan akses materi kuliah online kepada belasan perguruan tinggi lain yang sudah bekerja sama.

Baca juga: Rektor optimistis lulusan UT banyak yang lolos seleksi PPPK

Baca juga: Pandemi COVID-19 ajang kampus berkolaborasi dalam PJJ


"Juga melakukan kolaborasi untuk peningkatan kapasitas dosen guna mendukung pembelajaran jarak jauh, " terang dia.

Dia menambahkan pendidikan merupakan upaya untuk mengatasi ketimpangan sumber daya manusia.

Dalam kesempatan itu, dia menyoroti akses pendidikan tinggi, sebab masih banyak lulusan SMA sederajat yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Tidak tanggung-tanggung jumlahnya mencapai 1,8 juta siswa.

Setiap tahun ada 3,7 juta lulusan pendidikan menengah, sekitar 1,8 juta anak terpaksa bekerja dan tidak dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi,.

Ada beberapa faktor yang membuat masih banyak lulusan pendidikan menengah tidak bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi, di antaranya akses dan terbatasnya jumlah kasus. Sehingga, menambah persoalan keterbatasan akses mengenyam pendidikan tinggi.

"Persoalan akses perguruan tinggi harus bisa dipecahkan. Apalagi, pendidikan tinggi adalah salah satu kunci dalam pembangunan SDM unggul," ucapnya.

Baca juga: UT sediakan modus pembelajaran berbasis web

Baca juga: MPR dan Universitas Terbuka kerja sama masifkan Sosialisasi 4 Pilar


Rektor UT, Ojat Darojat mengatakan banyaknya lulusan pendidikan menengah yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi itu adalah masalah kronis. "Ada dua penyebab utama, yaitu akses dan ekonomi atau pembiayaan," tutur Ojat.

Perguruan tinggi, khususnya yang konvensional, umumnya ada di pusat kota atau kabupaten, sehingga mahasiswa di daerah terpencil kesulitan akses. Solusinya adalah pendidikan jarak jauh (PJJ).

UT mewisuda 932 mahasiswa periode satu tahun akademik 2020/2021. Sebanyak 12 wisudawan diantaranya berasal dari luar negeri, yakni dari Malaysia, Singapura, Jepang, Arab Saudi, Belgia, Kanada, Perancis, dan Inggris.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020