Alat ini cukup akurat, aman, memiliki skala cepat, murah dan sangat sesuai kondisi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit alat deteksi dini COVID-19 bernama GeNose C19 kepada Kantor Staf Kepresidenan di Jakarta, Senin.

GeNose C19 merupakan alat screening COVID-19 yang diciptakan tim peneliti Universitas Gadjah Mada, yang bekerja berdasarkan sampel hembusan nafas.

"Pemerintah memberikan apresiasi sangat tinggi kepada seluruh tim. Dan saya berterima kasih kepada Menristek telah memberikan hibah ke KSP. Saya berjanji akan menyosialisasikan," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di jakarta, Senin.

Baca juga: Polda DIY mulai gunakan "GeNose" deteksi COVID-19

Moeldoko mengatakan inovasi yang paling mahal adalah inovasi yang dapat menjadi solusi. Saat ini bangsa Indonesia sedang mencari solusi menyiasati perkembangan COVID-19 agar bisa terdeteksi dengan cepat.

"GeNose C19 adalah sebuah alat tracing yang dikembangkan UGM dan tim. Alat ini cukup akurat, aman, memiliki skala cepat, murah dan sangat sesuai kondisi," jelas Moeldoko.

Moeldoko menekankan kehadiran GeNose C19 telah melampaui negara-negara lain yang saat ini masih mengembangkan penelitian untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Baca juga: Forum Rektor dorong perguruan tinggi gunakan GeNose C19 dan CePAD

“Maka, akan saya dorong secara masif tidak hanya sebagai temuan, tapi untuk meyakinkan semua pihak bahwa GeNose C19 merupakan alat yang diperlukan,” jelas Moeldoko.

Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa GeNose C19 bukan alat diagnosa COVID-19 melainkan alat screening.

Bambang mengatakan GeNose C19 berbeda dengan alat tes cepat lain karena tidak perlu mengambil sampel darah atau melakukan swab, melainkan melalui hembusan nafas.

Baca juga: Pemda DIY berencana gunakan GeNose untuk skrining COVID-19

"Tingkat akurasi tinggi. GeNose C19 sifatnya menganalisa senyawa dalam hembusan nafas, di mana senyawa orang yang terkena COVID-19 berbeda dengan orang yang tidak terkena COVID-19," jelas Bambang.

Dia mengatakan GeNose C19 adalah alat yang bersifat artificial intellligence atau memiliki kecerdasan buatan, artinya semakin lama digunakan alat ini akan terus memiliki tingkat akurasi semakin baik.

"Untuk saat ini kami hibahkan satu unit GeNose C19 untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan Istana. Nantinya kami juga akan mendorong berbagai pihak, terutama di pusat keramaian seperti bandara, stasiun kereta, terminal bus, kampus, pabrik, dan perkantoran untuk menggunakan alat ini,” jelas Bambang.

Baca juga: GeNose mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan

Adapun Rektor UGM Panut Mulyono berharap GeNose C19 yang menjadi kontribusi UGM bisa masuk ke dalam ekosistem penanggulangan COVID-19 di Indonesia.

Panut juga menyampaikan ke depannya GeNose C19 yang telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 ini bisa menjadi fungsi diagnostik karena berbiaya murah, memberikan hasil secara cepat, dan bisa dioperasikan tenaga terampil non medis.

Baca juga: Kemristek serahkan perangkat penanganan COVID-19 ke Jawa Barat
 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021