Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi menyampaikan sinkronisasi desain konektivitas jalan tol yang akan terhubung dengan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA), yaitu Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulon Progo dengan Jalan Akses Tol menuju YIA dan Jalan Akses Tol menuju Akses YIA-Borobudur (Kawasan Bedah Menoreh) telah disepakati.

Kesepakatan tersebut dicapai oleh PT Angkasa Pura I (Persero) bersama dengan Direktorat Jenderal Bina Marga, Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pengatur Jalan Tol, dan PT Jogjasolo Marga Makmur.

"Angkasa Pura I senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan di bandaranya, salah satunya dengan penyediaan fasilitas dan peningkatan aksesibilitas menuju bandara. Dengan telah disepakatinya sinkronisasi desain konektivitas jalan tol yang terhubung langsung dengan Bandara Internasional Yogyakarta atau YIA ini, maka para pemangku kepentingan dapat melakukan proses selanjutnya terkait pembangunan tol dan aksesibilitasnya sehingga akses tol dari dan menuju YIA ini dapat segera terwujud. Akses tol ini akan semakin memudahkan masyarakat untuk menjangkau YIA," kata Faik Fahmi dalam keterangannya, Rabu.

Adapun kesepakatan terkait sinkronisasi desain konektivitas tol yang akan terhubung dengan YIA tersebut mencakup rencana desain akses simpang susun YIA pada Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA dengan desain persimpangan tidak sebidang dari dan menuju YIA yang difasilitasi dengan lajur tersendiri dan menuju (exit) Jalan Akses YIA-Borobudur (Kawasan Bedah Menoreh), perincian penanganan simpang akses jalan tol, dan hal-hal lainnya.

Sebagai informasi, pada 17 Agustus 2021 mendatang, di YIA juga akan dioperasikan kereta api (KA) Bandara YIA yang akan menghubungkan YIA di Kulon Progo dengan Stasiun Tugu Yogyakarta, di mana KA Bandara YIA akan semakin melengkapi pilihan moda transportasi lanjutan yang kini telah ada di YIA, seperti shuttle bus, taksi bandara (taksi reguler dan taksi daring), bus DAMRI, kereta api dari stasiun terdekat (Stasiun Tugu), dan lainnya.

YIA memiliki luas terminal sebesar 219.000 meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar. Dengan luasan ini menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun atau 11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya dapat menampung 1,6 juta penumpang per tahun. Pada kapasitas ultimate, YIA nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun.

Untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, kata Faik Fahmi, YIA dilengkapi dengan 96 konter check-in, 12 konter imigrasi di area keberangkatan, 8 konter imigrasi di area kedatangan, 74 eskalator, 41 lift, 38 travelator, 60 toilet, 13 nursery room, 45 mushola, 2 kids zone, 4 unit x-ray cabin di screening check point (SCP) 1, 16 unit x-ray cabin dan 16 unit walk through metal detector (WTMD) di terminal domestik, 7 unit x-ray cabin dan 7 unit WTMD di terminal internasional screening sheck point (SCP) 2, baggage handling system, dan hold baggage screening (HBS) level 4. Tersedia pula gedung parkir yang dapat menampung hingga 4.900 kendaraan roda dua, 1.230 kendaraan roda empat, dan lahan parkir nongedung yang dapat menampung 61 bus dan 402 kendaraan roda empat.

Untuk fasilitas sisi udara YIA memiliki kapasitas 17 parking stand yang dapat menampung 5 pesawat wide body dan 12 pesawat narrow body atau 22 parking stand untuk pesawat narrow body serta dilengkapi dengan 10 aviobridge dan terminal kargo dengan kapasitas 500 ton/hari. Runway bandara ini memiliki dimensi 3.250 m x 45 m dengan nilai PCN 93 F/C/X/T hingga dapat melayani pesawat terberat seperti Boeing B-777 dan pesawat terbesar seperti Airbus A380.

Ia menambahkan, YIA juga telah dilengkapi sistem terpadu peringatan dini potensi gempa dan tsunami, serta cuaca ekstrem. Sistem terpadu deteksi dini gempa dan tsunami ini menjadikan YIA sebagai bandara pertama yang memiliki mitigasi gempa dan tsunami.

“Sistem terpadu peringatan dini ini sekaligus melengkapi sistem evakuasi dan manajemen bencana yang telah kami rancang sejak tahap perencanaan. Desain dan struktur seluruh bangunan di area YIA telah siap untuk dijadikan tempat evakuasi sementara (TES) ketika terjadi gempa & tsunami,” kata Faik Fahmi.

Sejak tahap perencanaan, YIA memang telah memperhitungkan potensi risiko gempa dan tsunami sehingga YIA didesain untuk dapat memitigasi gempa hingga 8,8 magnitudo dan tinggi gelombang tsunami hingga 8-12,8 meter dari mean sea level.

Sistem peringatan atau deteksi dini gempa dan tsunami di YIA dibangun berdasarkan perhitungan dan analisis matematis-fisik terhadap posisi dan kekuatan gempa bumi yang termonitor dari Kantor Pusat BMKG Kemayoran, Jakarta. Sistem terpadu deteksi dini gempa dan tsunami ini terdiri dari sistem monitoring atau observasi, sistem processing, sistem diseminasi, dan respons.

Selain itu, YIA dirancang dengan arsitektur bergaya modern, namun secara eksterior dan interior tetap menggambarkan budaya Yogyakarta, baik itu melalui instalasi karya seni / Artwork yang melibatkan berbagai seniman lokal Yogyakarta, serta beragam area yang telah didesain secara khusus untuk menjadi etalase Yogyakarta, Kulon Progo dan sekitarnya.

“Kami juga telah menyiapkan area tenant untuk UMKM seluas 1.500 meter persegi di dalam terminal, yang dapat menampung 300 UMKM dan area seluas 880 meter persegi di Gedung Penghubung yang dapat mengakomodir 170 UMKM. Ini merupakan komitmen kami untuk terus membangkitkan produk UMKM agar mampu bersaing dengan produk-produk internasional khususnya di YIA,” pungkasnya.

Baca juga: Kemenhub: Progres jalur KA Kedundang-Bandara YIA capai 96,35 persen
Baca juga: Luhut minta penyelesaian Pelabuhan Adikarto terintegrasi Bandara YIA
Baca juga: Menhub: Jalur kereta bandara Stasiun Kendundang-YIA capai 83,6 persen

 

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021