Ketersediaan sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma bagaimana membuat kondisi bahan pokok sampai ke peternak secara masif dan tak ada pelanggaran di lapangan
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi menjelaskan penyebab harga jagung untuk pakan ternak tinggi karena terjadi disparitas harga antara Harga Acuan Pembelian (HAP) dari Kementerian Perdagangan dengan harga yang ada di pasaran.

"Ketersediaan sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma bagaimana membuat kondisi bahan pokok sampai ke peternak secara masif dan tak ada pelanggaran di lapangan," kata Harvick dalam rapat kerja bersama dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin.

Menurut Harvick, permasalahan utama harga pakan jagung yang tinggi adalah sinkronisasi antara pengusaha pakan besar dan kecil terhadap peternak rakyat. Peternak rakyat, menurutnya, menjadi pihak yang sangat dirugikan lantaran biaya produksi membengkak dan tidak bisa menjual telur di atas Harga Pokok Produksi (HPP).

"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini. Cuma memang bagaimana membuat situasi stabil dan kondusif. Ini kita perlu dukungan sama-sama dari teman-teman Komisi IV untuk mengingatkan pengusaha pakan kita," katanya.

Harvick juga mengatakan telah meminta kepada para jajarannya di lingkungan Kementerian Pertanian untuk terus menjalin komunikasi dengan para pelaku usaha, termasuk industri pakan ternak, peternak, dan petani untuk menjaga kondusifitas di lapangan.

Lebih lanjut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menerangkan saat ini stok jagung terbilang masih dalam kondisi aman.

"Di GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak) itu 722 ribu ton, kemudian ada di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, usaha lain dan eceran kemudian di rumah tangga dan lainnya itu sisanya, jadi total sekitar 2,3 juta ton," kata dia.

Suwandi menjelaskan saat ini terjadi disparitas harga yang cukup tinggi antara HAP yang diterbitkan Kementerian Perdagangan yaitu sebesar Rp4.500 per kg dengan harga di pasaran sekitar Rp5.500 - Rp6.000 per kg.

Selain itu, posisi panen jagung tidak merata di seluruh daerah Indonesia dan panen terjadi secara musiman, dan sebaran waktu panen pun tidak merata. Suwandi juga menjelaskan ketimpangan yang terjadi antara peternak rakyat yang tidak mampu membeli jagung kepada petani dalam jumlah besar dibandingkan dengan kemampuan perusahaan pakan ternak besar.

"Inginnya petani kan cash and carry, peternak inginnya tunda dulu dan sebagainya. Itu jadi kendala untuk akses jagung oleh peternak kecil," kata Suwandi.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo memerintahkan kepada Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan untuk menyediakan jagung untuk pakan ternak sebanyak 30 ribu ton dengan harga Rp4.500 per kg. Kebijakan tersebut untuk meringankan beban peternak rakyat agar bisa berproduksi dengan maksimal dan bisa menjual telur atau ayam pedaging di atas HPP.

Baca juga: Pinsar harap kementerian kawal arahan Presiden turunkan harga jagung
Baca juga: Mendag upayakan harga pakan jagung bagi peternak turun jadi Rp4.500
Baca juga: Pinsar : Presiden minta harga pakan jagung ke peternak Rp4.500

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021