Jakarta (ANTARA) -
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan bonus demografi harus menjadi kekuatan bangsa.
 
LaNyalla mengatakan hal itu saat menjadi pembicara utama di acara Webinar Pemuda Bulan Bintang (Pelantang) yang mengangkat tema 'Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh; Era Baru Pemuda Tangguh', Sabtu.
 
"Apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah bagaimana pemuda di negara itu pada hari ini," tutur Senator asal Jawa Timur itu dalam siaran persnya.
 
Menurut LaNyalla, kalimat tersebut menunjukkan bahwa generasi muda memiliki peranan besar dan penting bagi suatu bangsa.
 
"Terlebih di masa yang akan datang, karena generasi muda lah yang kelak akan menjadi pemimpin, yang akan meneruskan estafet sejarah kehidupan, menggantikan para pemimpin yang ada sekarang," katanya.
 
Oleh karena itu, LaNyalla mengaku selalu berusaha meluangkan waktu untuk menghadiri undangan dari kelompok atau organisasi kepemudaan.
 
"Karena di sinilah sarana untuk memupuk kesadaran berbangsa dan bernegara, sekaligus ruang untuk memastikan masa depan Indonesia yang lebih baik," ujarnya.
 
Oleh karena itu, LaNyalla berharap kader-kader Pemuda Bulan Bintang menjadi para pemuda yang sulit dikalahkan atau kuat sekali.

Baca juga: Ketua DPD RI minta pemerintah melindungi hak dan profesi guru PAUD
 
"Tentu dalam arti yang luas yakni kuat karakternya, kuat kepribadiannya, kuat moral dan akhlaknya serta kuat ilmu pengetahuannya karena tidak lama lagi Indonesia akan memasuki era bonus demografi, dalam menyongsong 100 tahun Indonesia di tahun 2045," jelasnya.
 
Dia menambahkan, bonus demografi Indonesia ini menarik untuk dibicarakan karena bonus demografi tersebut seperti dua sisi mata uang.
 
"Di satu sisi adalah berkah atau peluang, tetapi di satu sisi bisa jadi musibah atau ancaman," tutur LaNyalla.
 
Seperti diketahui, Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2040. Pada masa itu, penduduk usia produktif yang berusia 15 tahun hingga 40 tahun berjumlah lebih banyak dibandingkan penduduk dengan usia tidak produktif. Artinya, Indonesia akan didominasi oleh para pemuda.
 
Pertumbuhan penduduk usia produktif diprediksi oleh Bappenas, akan mencapai 64 persen dari total penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Puncaknya, angkatan kerja Indonesia mencapai 71 persen.
 
"Melimpahnya usia produktif bisa menjadi peluang, karena dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, jika besarnya usia produktif tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan pekerjaan, maka hal itu justru akan berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan banyak permasalahan sosial lainnya," tutur LaNyalla.
 
Bonus demografi dapat menjadi berkah apabila kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki standar yang mumpuni. Sehingga, katanya, akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara.
 
"Sebaliknya, bencana demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik, sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara," ujarnya.

Baca juga: Ketua DPD RI minta pemerintah menambah SDM dokter
 
Hal itu lantaran dunia saat itu juga mengalami perubahan yang luar biasa yang ditandai dengan banyak hal. Pertama, pada saat itu penduduk dunia menjadi 9,45 miliar manusia, tersebar 55 persen di Asia.
 
Jenis pekerjaan akan berubah drastis, di mana pekerjaan yang sekarang ada, bisa jadi menjadi tidak ada, karena sudah tergantikan oleh otomasi yang menggunakan artificial intelligence.
 
"Ini semua menjadi tantangan Indonesia menyambut tahun 2045. Yang di satu sisi harus dikelola untuk menjadi momentum Indonesia Emas," kata LaNyalla.
 
Karena itu, menjawab tantangan bonus demografi dalam menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045, berarti kita juga harus mampu memproyeksikan dan memetakan apa yang dibutuhkan Indonesia pada saat itu.
 
"Termasuk, menyiapkan sumber daya manusia dengan kualifikasi Generasi Emas 2045 yang tentu harus dipikirkan dan dipersiapkan dari sekarang," paparnya.
 
Dalam konteks tersebut, LaNyalla menilai organisasi kepemudaan seperti Pemuda Bulan Bintang harus berperan aktif menyiapkan Generasi Emas tersebut.
 
Pemuda sebagai bagian dari pemangku kepentingan masyarakat sekaligus wajah bangsa di masa depan memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual.
 
"Dalam aspek moral, pemuda tentu dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri. Sudah sepatutnya memiliki kerangka acuan dan penafsiran yang jelas, atau lebih sering kita dengar kesadaran ideologi. Dan saya percaya, Pemuda Bulan Bintang memiliki kesadaran ideologi yang kuat," demikian LaNyalla.

Baca juga: Ketua DPD RI: Perlu langkah konkret majukan ekonomi daerah perbatasan

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021