Faktor risiko terjadinya penyakit adalah perilaku tidak sehat
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta semua lapisan masyarakat untuk tetap terus menerapkan pola hidup sehat demi mencegah penyakit jantung.

"Faktor risiko terjadinya penyakit adalah perilaku tidak sehat," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia Tahun 2021 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan terdapat beberapa pemicu yang menjadi penyebab timbulnya penyakit jantung, di antaranya diet tidak seimbang, kurang beraktivitas fisik, konsumsi rokok dan alkohol, terpapar asap rokok hingga kandungan lemak dalam darah.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ia menyampaikan, sekitar 17,8 juta kematian atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung.

Sementara itu, berdasarkan riset yang dilakukan Kemenkes tahun 2018, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 1,5 persen.

Dalam kesempatan itu, Maxi juga menyampaikan, dalam pengendalian penyakit jantung, pemerintah melakukan upaya promotif, yakni meliputi pencegahan primer dan sekunder.

"Upaya promotif harus kita galakkan, penyebaran informasi dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran peran serta dari masyarakat," katanya.

Ia mengemukakan, pencegahan primer meliputi pencegahan terhadap faktor risiko penyakit seperti pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, hingga berat badan berlebihan. Sementara pencegahan sekunder meliputi deteksi dini hingga skrining berkala.

Pemerintah, kata  Maxi Rein Rondonuwu, juga melakukan upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif melalui transformasi sistem kesehatan dalam pengendalian penyakit jantung di Indonesia.

Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Isman Firdaus mengatakan, berdasarkan data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menyatakan penyebab penyakit kardiovaskular di Indonesia untuk penyakit jantung koroner (PJK) sebesar 14,4 persen di Indonesia.

"Penyakit ini kaitannya berhubungan dengan gaya hidup dan makan," katanya.

Baca juga: Penanganan penyakit jantung harus sesuai ilmu kedokteran

Baca juga: Mahasiswa Fasilkom UI kembangkan aplikasi pemeriksa kesehatan jantung

Baca juga: Pakar sarankan segera ke dokter saat nyeri dada

Baca juga: PERKI: Aktifkan budaya sehat jantung dan segera vaksinasi COVID-19


 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021