ekspetasi dari Bapak Presiden menurunkan stunting di angka 14 persen di tahun 2024
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meresmikan pembentukan tim koordinasi percepatan penurunan stunting di lingkungan BKKBN pada Selasa.

“Ini menjadi suatu hal yang sangat penting untuk kita tekadkan bersama. Agar kita punya kesatuan visi bersama, melangkah dengan bersama-sama, kemudian kita menghadapi tantangan yang besar karena ekspetasi dari Bapak Presiden bisa menurunkan stunting (kekerdilan) di angka 14 persen di tahun 2024,” kata Hasto dalam Pengukuhan Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting BKKBN dan Peresmian Sekretariat Stunting BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Melalui pembentukan tim tersebut, Hasto menuturkan sudah sewajarnya bila seluruh pihak perlu menyatukan tekad untuk dapat bekerja sama dengan cepat, praktis serta efisien dalam menurunkan angka stunting di Tanah Air.

Menurut dia, saat ini merupakan saat yang harus digunakan untuk pihaknya dapat mencetak sebuah prestasi baru, setelah sebelumnya BKKBN berhasil menurunkan Total Fertility Rate (angka kelahiran total) yang pada sekitar tahun 1970 berada di angka 5,6 menjadi 2,6 pada tahun 2000.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan persentase anak yang berpartisipasi ikut sekolah yang masih kecil dan angka harapan hidup yang masih rendah.

Hasto menyebutkan hingga kini, angka kematian di Indonesia masih menunjukkan sebanyak 24 anak dari 1.000 kelahiran dipastikan meninggal dunia, sehingga menurunkan rata-rata angka harapan hidup milik negara.

Baca juga: BKKBN ingin menajamkan intervensi dari hulu untuk cegah stunting

Baca juga: BKKBN tegaskan stunting dapat menghambat bonus demografi


“Setiap 1.000 orang melahirkan, 24 yang mati. Sehingga ini men down grade rata-rata angka harapan hidup. Itulah kita masih berhubungan dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi. Sehingga angka harapan hidup juga menjadi sesuatu yang berat,” kata dia menyayangkan angka kematian yang masih tinggi.

Ia juga menyebutkan setelah era reformasi berakhir, tantangan baru yang harus dihadapi oleh pihaknya adalah menjalankan program Keluarga Berencana (KB) yang mengalami perubahan birokrasi baik dalam otonomi daerah ataupun adanya kebebasan dan hak-hak reproduksi yang harus dihormati.

Namun, untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia serta keluar dari jebakan middle income country (negara berpendapatan menengah), dia menegaskan permasalahan stunting dan tantangan pada program KB itu harus dihadapi.

Hasto berharap setelah pihaknya berhasil untuk meningkatkan kuantitas hidup masyarakat, kali ini pihaknya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui unit terkecil keluarga untuk dapat menurunkan angka stunting sesuai dengan target yang ditetapkan.

“Harapannya betul-betul bisa memberikan daya ungkit yang tinggi. Saya kira sudah tepat stunting ini menjadi bagian yang penting untuk peran ke depan BKKBN, Dalam rangka menurunkan angka stunting dan kemudian meningkatkan kualitas SDM,” ucap Hasto.

Baca juga: BKKBN gandeng Kedutaan Finlandia atasi permasalahan stunting

Baca juga: BKKBN hadirkan edukasi KB untuk keluarga petani NTT

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021