Jakarta (ANTARA) - Proyek konversi batu bara menjadi produk gas yang diperuntukkan sebagai bahan bakar maupun bahan baku industri kimia dianggap hanya menguntungkan industri batu bara.

Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Dwi Sawung mengatakan Omnibus Law memberikan fasilitas pembayaran royalti nol rupiah apabila batu bara dikonversikan menjadi produk gas.

"Jadi ini semacam pintu lain supaya mereka tidak bayar royalti. Gasifikasi sedikit ga usah bayar royalti malah dapat insentif juga sebagai bagian dari energi baru terbarukan, malah jadinya industri batu bara sangat diuntungkan," kata Dwi dalam sebuah webinar yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Erick Thohir: Proyek gasifikasi batu bara dapat memangkas impor LPG

Dia menuturkan bahwa proyek gasifikasi di sejumlah negara, seperti China justru bertujuan untuk menekan harga ke industri pupuk. Sedangkan di Indonesia proyek gasifikasi dipakai untuk menghasilkan gas di tengah pasokan gas bumi dalam negeri yang cukup bahkan berlebih.

Menurutnya, tahun ini ada beberapa proyek dilelang ulang untuk suplai gas PT PLN (Persero) bagi sistem pembangkit Jawa-Bali karena kelebihan pasokan gas.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi elpiji nasional tahun 2019 mencapai 7,65 juta ton dengan rincian 75 persen atau 5,73 juta ton adalah produk elpiji impor.

Penyediaan kebutuhan elpiji ini membuat negara harus mengeluarkan devisa sebesar Rp52,4 triliun.

Baca juga: Faisal Basri: gasifikasi batu bara bukan energi terbarukan

Dalam dokumen Grand Strategi Energi Nasional, pemerintah mengharapkan impor elpiji bisa menurun dan semaksimal mungkin bisa melakukan substitusi proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter.

Berdasarkan data Badan Geologi sebanyak 90 persen cadangan batu bara di Indonesia memiliki kalori sedang dan rendah dengan sumber daya mencapai 149,01 miliar ton dan cadangan sebesar 37,46 miliar ton.

Jenis batu bara berkalori sedang dan rendah ini biasa dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listriks tenaga uap, pabrik semen, kertas, metal, dan tekstil.

Pemerintah menyiapkan tujuh peluang hilirisasi batu bara, yakni gasifikasi, pembuatan kokas, batu bara cair, peningkatan mutu batu bata, gasifikasi batu bara bawah tanah, dan pembuatan briket.

Beberapa waktu lalu, ekonom senior Faisal Basri mengatakan bahwa menyulap batu bara menjadi gas tidak termasuk dalam kategori energi terbarukan atau renewable.

Dia mengingatkan bahwa saat ini banyak negara telah beralih dari pemanfaatan energi fosil ke energi terbarukan, seperti Nordik.

Sedangkan Indonesia masih bertahan manfaatkan energi kotor untuk menghadirkan listrik bagi masyarakat dan industri yang justru dapat merugikan perekonomian nasional di masa depan karena akan mendapatkan pelarangan ekspor dari negara-negara rendah karbon.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021