Cirebon (ANTARA) - Petambak garam yang berada di Desa Rawaurip, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku sulit memproduksi garam, karena abrasi air laut yang sering terjadi, hal ini dikarenakan rusaknya lingkungan sekitar.

"Sekarang produksi garam kita juga terganggu abrasi," kata petambak garam Cirebon Ismail di Cirebon, Ahad.

Abrasi atau rob yang terjadi di Desa Rawaurip, Kecamatan Penanganan, Kabupaten Cirebon, sudah berlangsung dalam waktu dua tahun ini.

Di mana ketika para petambak sedang memproduksi garam, air laut sering pasang, sehingga produksinya pun gagal total, dan itu membuat kerugian bagi para petambak.

Baca juga: Kendalikan abrasi, Presiden Jokowi tanam mangrove di pulau terdepan Bengkalis

Baca juga: Desa Wisata Mangrove Luppung di Bulukumba mampu menangkal abrasi


Abrasi tersebut, kata Ismail, dikarenakan lingkungan sekitar terutama bibir pantai mengalami kerusakan, sehingga tidak ada tanggul alami untuk mencegah air laut masuk ke areal tambak.

"Sudah dua tahun ini sebagian petani garam kita menangis. Sebab sebagian lahan garam mereka sering kali terendam air laut pasang, yang mengakibatkan petani tidak bisa mengolah lahan mereka," tuturnya.

Untuk itu, kata Ismail, para petambak menginginkan adanya perhatian dari pemerintah, terutama dalam rangka mengatasi abrasi, agar para petambak garam bisa kembali produksi seperti sediakala.

"Harapan kami tentu ada solusi dari Pemerintah Pusat untuk mengatasi terjadinya abrasi ini. Supaya petani garam bisa kembali menggarap lahan mereka," ujarnya.

Sementara petambak lain, Ilyas mengatakan hal sama, di mana abrasi telah ikut serta memperparah nasib para petambak garam, karena selain harga kini produksi pun terganggu.

"Harga sudah anjlok, tapi belakangan ini kami dihadapkan dengan abrasi. Sehingga produksi pun menjadi tersendat," katanya.*

Baca juga: Tiga lokasi abrasi pantai di Padang Pariaman butuh penanganan serius

Baca juga: Gelombang tinggi di pantai selatan Cianjur terjang dua warung

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021