Pasar berisiko memiliki awal pekan yang beragam di tengah aliran data yang ringan dan menjelang musim laporan laba perusahaan AS
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh dan mata uang aman dolar bertahan kuat pada perdagangan Selasa pagi, karena krisis energi global memicu kekhawatiran inflasi, mempersuram sentimen investor sebelum musim laporan keuangan perusahaan-perusahaan AS untuk kuartal ketiga.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,9 persen pada awal perdagangan, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan kerugian ringan. Indeks saham berjangka AS, e-mini S&P 500 terpangkas 0,43 persen.

Saham Australia tergelincir 0,29 persen, sementara indeks saham Nikkei Jepang anjlok 1,03 persen. Indeks saham perusahaan unggulan China CSI300 merosot 0,75 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong dibuka terpuruk 1,35 persen.

"Pasar berisiko memiliki awal pekan yang beragam di tengah aliran data yang ringan dan menjelang musim laporan laba perusahaan AS," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Ekonomi tampaknya memasuki fase siklus yang lebih menantang dan kami pikir investor dan perusahaan akan memantau bagaimana data ekonomi dan hasil laba jatuh sebelum membuat penilaian arah jangka pendek."

Juga membebani sentimen investor, Reuters melaporkan beberapa pemegang obligasi luar negeri China Evergrande Group belum menerima pembayaran bunga hingga batas waktu Senin (11/10/2021). Saingannya, Modern Land dan Sinic menjadi pengembang terbaru yang berebut untuk menunda tenggat waktu pembayaran obligasi.

Baca juga: Minyak picu ketakutan inflasi, saham Asia jatuh ke terendah 1 tahun

Masalah utang Evergrande dan kekhawatiran penularan telah mengirimkan gelombang kejut di pasar global dalam beberapa bulan terakhir dan perusahaan telah melewatkan pembayaran obligasi dolar, senilai gabungan 131 juta dolar AS, yang jatuh tempo pada 23 September dan 29 September.

Indeks-indeks utama Wall Street mengakhiri sesi berombak lebih rendah pada Senin (11/10/2021) karena investor menjadi gelisah menjelang musim pelaporan keuangan kuartal ketiga.

Reli di saham bahan dasar dan energi karena harga minyak yang lebih tinggi awalnya mengangkat indeks saham utama AS. Tetapi kenaikan memudar di tengah kekhawatiran tentang laporan laba, yang akan dimulai dengan hasil JPMorgan Chase & Co pada Rabu (13/10/2021).

Beberapa analis memperkirakan perusahaan akan melaporkan pertumbuhan yang melambat karena hambatan rantai pasokan dan kenaikan harga. Mereka memperingatkan bahwa ini dapat menyebabkan penurunan saham AS.

Saham JPMorgan turun 2,1 persen dan berada di antara penekan terbesar pada S&P 500, yang kehilangan 0,69 persen menjadi 4.361,19 poin.

Baca juga: Mata uang Asia tertekan Evergrande, saham Singapura dan Indonesia naik

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,72 persen menjadi 34.496,06 poin, sedangkan Komposit Nasdaq melemah 0,64 persen menjadi 14.486,20 poin.

Setelah data AS minggu lalu menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan pada September, fokus sekarang bergeser ke angka inflasi dan penjualan ritel minggu ini. Investor juga memperkirakan Federal Reserve (Fed) untuk mulai memperketat kebijakannya dengan mengumumkan pengurangan pembelian obligasi besar-besaran bulan depan.

Prospek percepatan inflasi dan kebijakan moneter yang lebih ketat mengangkat imbal hasil obligasi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 1,6136 persen setelah kenaikan kuat pada Senin (11/10/2021). Imbal hasil obligasi dua tahun naik menjadi 0,3517 persen dari penutupan AS di 0,318 persen.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, menguat pada 94,423.

Baca juga: Rupiah melemah, tertekan penguatan dolar dan tapering bank sentral AS

Emas, biasanya dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sedikit lebih rendah. Harga emas di pasar spot diperdagangkan pada 1.753,55 dolar AS per ounce.

Harga minyak, yang melonjak pada Senin (11/10/2021) karena rebound permintaan dan pengurangan pasokan, turun sedikit dengan minyak mentah AS tergerus 0,36 persen menjadi 80,23 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent turun menjadi 83,39 dolar AS per barel.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021