Menang atau kalahnya peperangan melawan perubahan iklim akan ditentukan oleh kawasan Asia dan Pasifik
Jakarta (ANTARA) - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) mengumumkan akan meningkatkan ambisinya untuk menyediakan pembiayaan iklim senilai 100 miliar dolar AS bagi negara-negara berkembang anggotanya antara 2019 dan 2030.
 

“Menang atau kalahnya peperangan melawan perubahan iklim akan ditentukan oleh kawasan Asia dan Pasifik,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.

Ia berpendapat krisis iklim makin memburuk setiap harinya, sehingga makin banyak permintaan agar pembiayaan iklim dapat ditingkatkan.
  Pada 2018, ADB telah berkomitmen untuk memastikan paling tidak 75 persen dari operasinya mendukung tindakan iklim, dan sumber dayanya sendiri yang dialokasikan untuk pembiayaan iklim mencapai setidaknya 80 miliar dolar AS secara kumulatif sampai dengan 2030, yang kemudian kini meningkat menjadi 100 miliar dolar AS.
 

Asakawa memperkirakan pembiayaan iklim dari sumber daya ADB sendiri selama 2019–2021 secara kumulatif akan mencapai sekitar 17 miliar dolar AS, sehingga peningkatan ambisi pembiayaan iklim merupakan elemen penting untuk mendukung negara-negara berkembang anggota ADB.
  Di tengah tantangan yang saling berkaitan berupa COVID-19 dan krisis iklim, banyak negara berkembang anggota ADB yang mengambil langkah tegas guna mendorong pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif, sehingga tambahan pembiayaan senilai 20 miliar dolar AS tersebut akan mendukung agenda iklim di lima bidang utama.
 

Pertama, berbagai langkah baru untuk mitigasi iklim, termasuk penyimpanan energi, efisiensi energi, dan transportasi rendah karbon, pembiayaan ADB untuk mitigasi iklim secara kumulatif diperkirakan mencapai 66 miliar dolar AS.

Kedua, lanjut Asakawa, mendukung peningkatan skala bagi proyek-proyek adaptasi yang transformatif, seperti perkotaan, pertanian, dan air, akan dirancang dengan tujuan utama adaptasi iklim yang efektif dan peningkatan ketangguhan, sehingga perkiraan pembiayaannya secara kumulatif akan mencapai 34 miliar dolar AS.
  Kemudian, yang ketiga adalah peningkatan pembiayaan iklim dalam operasi sektor swasta ADB, termasuk dengan menambah jumlah proyek yang lebih layak secara komersial, baik bagi ADB maupun investor SWASTA.


"Penambahan ini akan ditopang oleh peningkatan dalam efisiensi operasional, pemulihan pasca-pandemi dalam hal permintaan pasar akan pembiayaan, teknologi dan inovasi baru dalam pembiayaan iklim, serta bidang-bidang usaha baru bagi operasi iklim di sektor swasta," ungkapnya.
  ADB bertekad untuk mendukung berbagai prakarsa ini dengan 12 miliar dolar AS dari sumber dayanya sendiri untuk pembiayaan iklim sektor swasta secara kumulatif, dan menargetkan adanya tambahan 18 miliar dolar AS sampai 30 miliar dolar AS dari sumber-sumber dana lainnya.
 

Keempat, dukungan bagi pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif dari COVID-19, termasuk melalui platform pembiayaan yang inovatif, seperti ASEAN Catalytic Green Finance Facility and Green Recovery Platform, yang diharapkan akan memanfaatkan dana dari pasar modal dan investor sektor swasta untuk infrastruktur rendah karbon.
  Kelima, dukungan untuk mengedepankan reformasi di negara-negara berkembang anggotanya agar dapat mengambil langkah-langkah baru melalui pinjaman berbasis kebijakan, guna mendukung kebijakan dan lembaga yang dapat meningkatkan ketangguhan iklim dan mitigasi iklim.

Baca juga: ADB: Ekspor dan belanja pemerintah dorong pertumbuhan RI

Baca juga: ADB turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI jadi 3,5 persen pada 2021

Baca juga: ADB tunjuk Direktur baru untuk Indonesia

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021