Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bekerja sama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) menggelar Sekolah Lapang Masyarakat Pengelolaan Mangrove dan Tambak Ramah Lingkungan di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignya Utama mengatakan program yang digelar di Desa Muara Badak, Kutai Kartanegara, itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan serta menjadi pembelajaran masyarakat mangrove membangun tambak-tambak ramah lingkungan.

“Kami berharap kegiatan sekolah lapang ini bisa dipraktikkan, lebih menguntungkan, dan meningkatkan perekonomian warga serta menjaga lingkungan. Jika ini berhasil, masyarakat yang sudah mendapatkan bantuan rehabilitasi mangrove bisa lihat tambak percontohan ini,” ujar Suwignya Utama melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Program tersebut, tambahnya, diikuti oleh 72 peserta yang terdiri dari petambak, mahasiswa, serta perwakilan dari Desa Mandiri Peduli Mangrove.

Dalam merumuskan solusi permasalahan yang dihadapi di lapangan, menurut dia, BRGM menjalin kemitraan dengan Unmul melalui skema matching fund Kedaireka.

Baca juga: Program penanaman mangrove BRGM dinilai bermanfaat untuk petambak

Suwignya menambahkan kegiatan ini guna menunjukkan rehabilitasi mangrove melalui penanaman bibit mangrove tidak akan menutup usaha tambak, justru akan meningkatkan produktifitas tambak.

Menurut dia, Kalimantan Timur merupakan salah satu lokasi target percepatan rehabilitasi mangrove BRGM. Program rehabilitasi mangrove ini melibatkan masyarakat langsung dengan pendekatan padat karya dengan skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Target penanaman mangrove 2021 di Kalimantan Timur, tambahnya, seluas 5.880 hektare dengan realisasi mencapai 76,96 persen atau seluas 4.525 hektare.

Dosen dan peneliti Unmul Rita Diana mengatakan penerapan pengelolaan mangrove berbasis tambak dan lingkungan akan mengembangkan dan melakukan pembangunan demplot akuakultur (silvofishery) terintegrasi, mulai dari pembenihan udang, budi daya udang di tambak, pembuatan pakan mandiri dan budi daya kepiting soka di tambak.

Nantinya, demplot tersebut akan menjadi percontohan untuk pengelolaan tambak yang ramah lingkungan dengan pengaplikasian smart akuakultur.

"Sekolah lapang ini untuk menggali ilmu-ilmu praktik bukan teori saja. Kita bisa dapat pengalaman dari para petambak, para petambak nanti ada pengayaan ilmu juga, karena orang yang sehari-hari berhubungan dengan mangrove adalah para petambak," ujarnya.

Baca juga: BRGM: Kerusakan ekosistem mangrove kategori kritis capai 637.000 ha

Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021