budidaya pertanian di perkotaan juga dilakukan untuk tujuan estetika dan peningkatan kualitas lingkungan
Palembang (ANTARA) - Pakar agronomi Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan, Prof. Benyamin Lakitan menyatakan pertanian perkotaan (urban farming) yang memanfaatkan lahan terbatas di perkotaan, dapat meningkatkan kualitas lingkungan.

"Selain untuk produksi pangan, budidaya pertanian di perkotaan juga dilakukan untuk tujuan estetika dan peningkatan kualitas lingkungan," kata Benyamin dalam seminar nasional 'Sustainable urban farming, solusi persoalan pangan di era pandemi COVID-19' yang digelar PUR-PLSO Unsri di Palembang, Rabu.

Melalui 'platform zoom meeting', kepada ratusan peserta dari 17 provinsi, pakar agronomi Unsri itu menjelaskan bahwa pertanian perkotaan yang umum dilakukan adalah model hidroponik dan vertikultur atau budidaya vertikal pada dinding bangunan dan di atas atap beton bangunan tinggi.

Baca juga: DKI ajak warga manfaatkan atap gedung untuk pertanian perkotaan

Kelompok tanaman yang dominan dibudidayakan di perkotaan adalah berbagai jenis sayuran dan tanaman hias.

Pertanian perkotaan dinilai sebagai solusi teknologi pertanian yang ideal di masa depan, karena dapat dilakukan di lahan terbatas mulai skala rumah tangga, dan secara teknologi mendukung keberadaan ruang hijau bagi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan, katanya.

Menurut dia, pertanian perkotaan juga bisa dilakukan dengan konsep 'Integrated Sustainable Urban Farming (ISUF)' yakni integrasi pertanian-perikanan-peternakan.

Baca juga: DKI berdayakan penghuni rusun olah hasil pertanian perkotaan

Sebagai contoh di lahan perkarangan rumahnya dikembangkan pertanian perkotaan sebagai tempat penelitian mahasiswa S1 hingga S3 dengan konsep ISUF.

Lahan perkarangan rumahnya yang terbatas dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan aneka jenis tanaman sayuran serta tanaman obat-obatan.

Sebagian lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budidaya ikan lele dan betok yang di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan cabai dengan teknologi rakit memanfaatkan botol bekas untuk mengapungkan pot atau ember berisi tanah sebagai media tanam.

Baca juga: Unsri Palembang kembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela

Kemudian sebagian lahan lainnya dimanfaatkan untuk tanaman sayuran yang belum banyak di pasaran namun cukup diminati masyarakat seperti caya, kale, talas, bayam merah, pakcoy, dan ‘swiss chard’ tanaman satu famili dengan bayam, serta ada juga ginseng dan porang, kata Benyamin.

Sementara pakar pemuliaan tanaman IPB Prof. Muhammad Syukur pada seminar nasional secara daring itu menjelaskan bahwa hidroponik di lahan perkarangan dapat dilakukan dengan sistem "utrient film technique" (NFT).

Baca juga: DLH Mataram siapkan konsep penanganan sampah berbasis lingkungan

Keunggulan budidaya hidroponik antara
lain tidak tergantung musim, hemat lahan, hemat air, lebih sehat dan bergizi.

Selain itu, sistem pertanian perkotaan yang direkomendasikan adalah penanaman dalam pot, antara lain untuk komoditas cabai hias.

Budidaya tanaman dalam pot di perkarangan mempunyai beberapa keunggulan di antaranya adalah relatif mudah dalam perawatan, hemat lahan, estetik dan mudah dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan, ujar Muhammad Syukur.

Baca juga: Forum DAS Babel bina generasi muda cinta lingkungan melalui jambore

Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021