Palu (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah Prof H Sagaf S Pettalongi MPd mengemukakan Nahdlatul Ulama (NU) berperan penting dalam menjaga marwah dan eksistensi pondok pesantren sebagai laboratorium perdamaian.

"NU yang menaungi banyak pondok pesantren di Indonesia adalah cerminan bagaimana kontribusi NU terhadap bangsa dan negara, baik secara moril  maupun materil," kata Prof Sagaf S Pettalongi MPd saat dihubungi via telepon terkait momentum Hari Santri Nasional tahun 2021 di Palu, Kamis.

Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada 18-25 Februari 2019, NU didaulat sebagai ormas terbesar di Indonesia. Hasil survei tersebut menetapkan ormas NU pada posisi teratas dengan persentase 49,5 persen.

Baca juga: Rektor UIN Palu: Nabi Muhammad jadi inspirasi bangun perdamaian

Di dalam buku “NU DAN KEINDONESIAAN” karya Mohammad Sobary disebutkan bahwa KH Hasyim Muzadi pernah menyatakan jumlah warga NU sekitar 60 juta. Namun, Gus Dur menaksir lebih banyak, lebih dari 50 persen orang Indonesia adalah warga NU.

Survey Indo Barometer menyebutkan sekitar 75 persen mengaku warga nahdliyin. Artinya, jumlah warga NU sekitar 143 juta tahun 2000.

Dengan data-data tersebut, menurut Prof Sagaf, diikutkan dengan banyaknya pondok pesantren dan santri yang terafiliasi langsung dengan NU, dapat disebutkan sebagai warga Nahdhiyin (Nahdlatul Ulama).

Prof Sagaf yang juga Waketum MUI Sulteng mengemukakan NU harus lebih memantapkan kontribusinya pada pembinaan dan pengembangan santri dan pondok pesantren yang ada di wilayah NKRI, dengan harapan dapat menopang keberlanjutan pembangunan sumber daya manusia unggul yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Prof Sagaf mengemukakan Hari Santri Nasional yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober, merupakan refleksi sekaligus inspirasi bagi kalangan pesantren dan santri sekaligus refleksi bagi NU, untuk tetap menjaga peran dan komitmen kebangsaan yang telah dilakukan sejak masa perjuangan, mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

"Penetapan hari santri nasional oleh Presiden Jokowi juga sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas peran para ulama khususnya ulama nahdhiyin (NU)," kata Prof Sagaf.

Ia menilai NU sebagai organisasi besar di Indonesia menjadi penentu arah dan muarah Indonesia yang lebih baik, berperan penting dalam menjaga keutuhan NKRI, Indonesia yang aman sejahtera dan perdamaian dunia.

Baca juga: UIN Datokarama tingkatkan kecintaan mahasiswa baru terhadap NKRI

Baca juga: Menjadi UIN, simbol kebangkitan IAIN Palu setelah tsunami


Dengan peran dan posisi strategis tersebut, menurut Prof Sagaf, keberlangsungan NU sebagai "Jam'iyah Nahdiyah", organisasi besar dan merupakan unsur kekuatan bangsa harus tetap berkesinambungan.

Apalagi, NU dengan SDM yang besar perlu dijaga dan dikelola agar dapat terus berkontribusi bagi Indonesia dan dunia, sehingga NU harus dikelola oleh tenaga yang kuat, energik, berwawasan global serta memiliki jaringan yang luas, baik nasional maupun internasional.

"Jika NU kuat, pondok pesantren berkembang, santri siaga jiwa raga," ujar Guru Besar UIN Datokarama Palu itu.

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021