Pekanbaru (ANTARA) - Seekor gajah sumatra (Elephas Maximus sumatranus) ditemukan mati di wilayah Bukit Apolo, Desa Bagan Limau, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, disebabkan infeksi organ pencernaan, malnutrisi dan dehidrasi.

"Dari ciri-ciri fisiknya, gajah tersebut adalah gajah sakit yang sebelumnya sudah dilakukan pengobatan (penanganan medis) pada hari Sabtu, (23/10) oleh Tim Medis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau," kata Pelaksana Tugas Kepala Besar KSDA Riau Fifin Arfiana Jogasara di Pekanbaru, Selasa.

Pengobatan saat itu dilakukan bersama Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Desa Pontian Mekar, Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Kabupaten Indragiri Hulu.

Setelah diobati, gajah itu terlihat lancar berjalan dan terus berjalan ke arah hutan.

Baca juga: AEER: PLTU batu bara ancam gajah dan harimau sumatra

Baca juga: BKSDA sebut anak gajah sumatra ditemukan mati di Aceh


Namun, gajah itu diketahui mati pada Rabu (27/10), ketika Kepala Resort Air Hitam Bagan Limau (AHBL) dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) menerima laporan dari masyarakat di Bukit Apolo.

Selanjutnya, Kepala Resort melaporkan kepada Kepala Balai TNTN yang ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan Balai Besar KSDA Riau untuk bersama sama melakukan penanganan. Pada hari itu juga sekitar pukul 22.00 WIB, tim gabungan menuju lokasi kejadian di Bukit Apolo dan tiba di lokasi pada Kamis (28/10) pukul 03.15 WIB.

Dalam tindakan nekropsi (upaya mengetahui penyebab kematian satwa), tidak dilakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Hal itu dikarenakan semua organ dalam tubuh sudah rusak (lisis), sehingga seluruh organ dalam tubuh langsung dikuburkan.

Nekropsi sebelumnya dilakukan saat mengobati gajah berjenis kelamin betina itu. Diketahui, satwa itu memiliki tinggi badan 2,17 meter, berat badan 2 ton, tebal kulit perut 0,4 centimeter, tebal kulit punggung 1,2 cm.*

Baca juga: Gajah sumatra ditemukan dengan puluhan luka di Aceh Timur

Baca juga: Gajah sumatra terluka di Aceh Timur

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021