Sampah di depo pun sudah menumpuk dengan ketinggian dua hingga tiga meter.
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta berharap penutupan Tempat Pembuangan Akhir Piyungan tidak dilakukan lebih dari tiga hari karena depo sampah di kota tersebut hanya mampu menampung sampah hingga maksimal tiga hari tanpa dibuang ke pembuangan akhir.

“Informasi awal yang kami terima, penutupan memang hanya akan dilakukan hari ini saja. Mudah-mudahan tidak ada perpanjangan penutupan,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko di Yogyakarta, Jumat.

Berdasarkan informasi, lanjut dia, penutupan TPA Piyungan dilakukan karena kondisi dermaga atau tempat menurunkan sampah sudah semakin sempit dan dibutuhkan tanah untuk menguruk tumpukan sampah agar alat berat tidak tergelincir.

“Jika kebutuhan tanah uruk tidak bisa dipenuhi hari ini, maka bisa saja ada perpanjangan penutupan,” katanya yang menyebut setiap truk harus mengantre sekitar empat jam untuk proses menurunkan sampah di TPA Piyungan.

Menurut dia, penutupan TPA Piyungan meski hanya dilakukan satu hari akan memberikan pengaruh yang cukup besar ke Kota Yogyakarta yang mengandalkan TPA tersebut sebagai satu-satunya lokasi pembuangan sampah.

Baca juga: Menumpuk di depo, Yogyakarta tambah frekuensi pengambilan sampah

Baca juga: Yogyakarta mampu kurangi 21 persen sampah rumah tangga


Sejak Kamis (20/1), lanjut Haryoko seluruh truk sampah milik DLH Kota Yogyakarta pun sudah dipenuhi dengan sampah tetapi tidak bisa melakukan aktivitas pembuangan ke TPA.

“Sampah di depo pun sudah menumpuk dengan ketinggian dua hingga tiga meter. Jika penutupan diperpanjang hingga tiga hari, maka dipastikan sampah akan luber sampai ke jalan,” katanya.

Jika terjadi luberan sampah, DLH Kota Yogyakarta membutuhkan waktu hingga sepekan untuk menormalkan kembali kondisi depo.

Rata-rata sampah dari Kota Yogyakarta yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 270 ton per hari dan bisa meningkat hingga 300 ton per hari apabila hujan karena sampah menjadi lebih berat.

Sesuai target, Kota Yogyakarta diharapkan dapat menurunkan volume sampah hingga 30 persen pada 2025 dan untuk saat ini sudah mencapai sekitar 20 persen.

Di Kota Yogyakarta, sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah sampah organik mencapai 60 persen dari total sampah.

“Pemilahan sampah organik dan anorganik sejak dari rumah tangga sangat penting dalam upaya penurunan volume sampah. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos dan sampah anorganik biasanya sudah dikelola oleh pengepul,” katanya.

Baca juga: DLH Yogyakarta minta warga gencarkan pengelolaan sampah rumah tangga

Baca juga: DIY akan jajaki teknologi pengolahan sampah dari Swedia

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022