Damaskus (ANTARA News) - Organisasi dunia yang memeriksa senjata kimia (OPCW) menyatakan pada Selasa pihaknya akan mengirim tim kedua yang beranggotakan para pemeriksa untuk membantu membongkar gudang senjata Suriah.

Sementara itu pesawat-pesawat tempur rezim yang berkuasa di negara tersebut membom para gerilyawan di bagian baratlaut Suriah.

Rusia, sekutu Suriah, memuji Damaskus karena "sangat aktif" bekerja sama dengan tim pemeriksa pertama yang sudah ada di sana.

Kekerasan yang terjadi mendapat komentar dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon. Dia memperingatkan pemeriksa senjata menghadapi bahaya yang tak terduga.

Dan pada Selasa, Ban mendesak aksi untuk meredakan nasib warga sipil yang terperangkap dalam konflik di Suriah.

Dalam satu laporan kepada Dewan Keamanan PBB, dia mengatakan pihaknya akan mengambil 100 pakar asing untuk melengkapi operasi yang belum pernah dicoba sebelumnya.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyatakan pihaknya akan mengirim lagi satu tim kedua ke Damaskus untuk membantu kelompok OPCW-PBB yang sudah ada.

"Itu akan menambah tim pakar OPCW sebelumnya, yang sudah berada di Suriah sejak 1 Oktober melakukan verifikasi dan kegiatan pemusnahan," katanya tenpa memberikan perincian.

Direktur Jenderal OPCW Ahmet Uzumcu mengataan proses penghancuran gudang senjata kimia Suriah akan berjalan "lama dan sulit" tetapi menyambut baik "permulaaan konstruktif" atas operasi itu.

Para inspektur harus memverifikasi dan menhancurkan gudang senjata itu hingga peertengahan 2014 berdasarkan ketentuan satu resolusi DK PBB yang merupakan hasil kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia.

Persetujuan itu membatalkan ancaman aksi militer AS sebagai tanggapan atas serangan gas sarin pada 21 Agustus di luar Damaskus. Ratusan orang meninggal dalam peristiwa tersebut.

Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin memuji Presiden Bashar al-Assad atas kerja sama pemerintahannya dengan para pemeriksa.

"Keragu-raguan apakah kepemimpinan Suriah akan merespons dengan cukup keputusan yang diambil senjata kimia -- keragu-raguan ini tidak menyokong," kata Puitin yang dilansir kantor-kantor berita Rusia.

"Kepemimpinan Suriah telah sangat aktif bergabung dengan pekerjaan ini dan bertindak transparan, membantu badan-badan internasional," demikian AFP.
(M016/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013