....kami sedang berjuang untuk menyelamatkan Indonesia, menyelamatkan Indonesia dari keserakahan dan ambisi kekuasaan."
Yogyakarta (ANTARA News) - Seniman serta masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan Relawan Masyarakat Non Partai untuk Jokowi-JK se-Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggelar Kirab Budaya Jogja Istimewa untuk Jokowi-JK pada Selasa (24/6).

"Besok kirab budaya akan digelar pukul 14.00 WIB di sepanjang Jalan Malioboro hingga Titik Nol. Kirab akan melibatkan warga akar rumput dan seniman," kata salah satu seniman yang akan turut dalam acara tersebut, Marzuki Muhammad kepada wartawan di Yogyakarta, Senin.

Adapun kirab antara lain terdiri atas berbagai kesenian masyarakat Yogyakarta, barisan Prajurit Bergada, angguk, hadrah, jatilan, serta pawai becak. Selain itu juga mempersembahkan penggung kesenian yang dimeriahkan Jogja Hip Hop Foundation, Folks Mataram Institute, Butet Kertaredjasa, dan Marwoto.

"Kami melakukan ini karena kami sejalan dengan Jokowi," kata Marzuki yang juga pendiri Jogja Hip Hop Foundation ini.

Seniman lainnya, Butet Kertaredjasa mengatakan acara tersebut sepenuhnya inisiatif murni seniman serta masyarakat sipil di Yogyakarta.

"Besok merupakan acara yang tidak ada hubungannya dengan partai. Untuk kali ini kami tidak sedang berjuang untuk kepentingan partai, tapi kami sedang berjuang untuk menyelamatkan Indonesia, menyelamatkan Indonesia dari keserakahan dan ambisi kekuasaan," kata dia.

Gerakan kebudayaan, menurut Butet, akan membuktikan kembali, bahwa kekuatan yang ada di Yogyakarta bisa merukunkan dan membangun harmoni untuk menjaga akal sehat dalam menentukan pilihan yang paling sehat.

"Tidak ada yang dibayar, bahkan saya monolog besok juga tidak dibayar, bahkan saya sendiri mengeluarkan uang bersama teman-teman. Ini murni gotong royong," kata dia.

Sementara itu, Butet mengatakan dirinya secara pribadi memilih Jokowi sebagai capres berdasarkan akal sehat. Ia menilai Jokowi mampu menyelamatkan Indonesia.

"Biasanya saya golput aktif. Tapi untuk saat ini saya harus memilih karena saya merasakan atmosfer seperti saat reformasi 1998 yang sangat menentukan hari depan," katanya. (LQH/H008)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014