Informasi yang saya terima dari pemerintahan yang berikut, Insya Allah, rencananya November, mereka akan menaikkan harga BBM,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan tim pemerintahan terpilih periode 2014-2019 memberi sinyal akan terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014.

"Informasi yang saya terima dari pemerintahan yang berikut, Insya Allah, rencananya November, mereka akan menaikkan harga BBM," kata Chairul usai menghadiri acara Komite Ekonomi Nasional mengenai prospek Ekonomi 2015 di Jakarta, Jumat malam.

Dengan kenaikan harga BBM, menurut Chairul, konsumsi BBM diperkirakan dapat berkurang. Sehingga kuota BBM bersubsidi baik premium dan solar sebesar 46 juta kiloliter, dapat tidak terlampaui.

"Demand-nya akan berkurang," ujar dia.

Jika harga BBM dinaikkan, lanjut Chairul, pemerintah mendatang yang akan membuat program kompensasi untuk dampak ekonomi dan sosial. Pemerintah sekarang, kata dia, hanya mengalokasikan dana kompensasi sebesar Rp5 triliun dalam APBN-Perubahan 2014.

Presiden terpilih Joko Widodo yang akan dilantik 20 Oktober 2014, sebelumnya enggan memastikan waktu harga BBM dinaikkan. Jokowi juga mengaku masih mengkaji besaran kenaikan BBM, dengan beberapa opsi kenaikan harga dari naik Rp500 hingga Rp3.000.

"Baru dalam proses hitung-hitungan. Berapa kenaikan juga belum ditentukan, kapannya juga belum," ujar Jokowi, akhir September lalu.

Padahal, kalangan ekonom menyarankan Jokowi sebaiknya menaikkan harga BBM pada 2014 untuk menegaskan komitmen kepada pasar bahwa Indonesia akan benar-benar melakukan reformasi struktural.

Kepala ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan sentimen negatif akan timbul dari pasar finansial jika Jokowi baru menaikkan harga BBM pada 2015.

Menurut dia, dampak inflasi dan tekanan ekonomi masyarakat jika harga BBM naik November 2014, hanya bersifat sementara, namun dampak positif terhadap perekonomian akan mulai terasa pada 2015.

Misalnya, laju inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan pada 2015 akan lebih terkendali akibat kenaikan harga BBM pada 2014.

Perinciannya, jika harga BBM dinaikkan dengan besaran Rp3.000 pada November 2014, pemerintah dapat menghemat total pengeluaran sebesar RP141 triliun secara akumulasi tahunan.

Memang, katanya, inflasi tahunan pada 2014 akan melonjak menjadi 8,47 persen, dan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi dari 5,3 persen menjadi 5,23 persen.

"Namun dengan sudah dinaikkannya BBM pada 2014, pada 2015 kita perkirakan inflasi dapat ditahan di 5,22 persen, rasio CAD (defisit transaksi berjalan) dibanding PDB juga akan turun," ujarnya.

(I029/I007)

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014