Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan warga agar mewaspadai kemungkinan munculnya angin puting beliung yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana selama April.

"Puting beliung umumnya hanya sesaat, kurang dari 10 menit. Ketika awan hitam di langit, kemudian datang angin kencang yang disusul hujan deras, usahakan tidak berada di sekitar pohon, papan reklame dan atap bangunan yang kurang kuat. Berlindunglah di dalam bangunan yang kokoh," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan selama 23-25 Maret bencana akibat angin puting beliung terjadi di 15 daerah yakni Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten, Kulonprogo, Sragen, Sukabumi, Sleman, Trenggalek, Demak, Purwokerto, Gunungkidul, Lampung Utara, Pekanbaru dan Bengkulu Tengah.

Di kecamatan Minggir, Seyegan, Tempel dan Turi di Sleman, angin puting beliung pada Rabu (25/3) menyebabkan tiga orang meninggal dua, dua orang terluka dan 23 rumah rusak.

Pada Selasa (24/3), puting beliung juga terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Magelang dan menyebabkan 34 rumah rusak.

Sutopo mengatakan kejadian angin puting beliung cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007 tercatat hanya ada 47 kejadian angin puting beliung dan tahun 2014 jumlahnya sudah jauh meningkat menjadi 512 kejadian. Selama Januari-Maret 2015, menurut data sementara ada 215 kejadian angin puting beliung.

Menurut BNPB, dalam enam tahun terakhir bencana angin puting beliung meliputi sekitar seperempat dari seluruh kejadian bencana di Indonesia.

Intensitas dan frekuensi angin puting beliung dan dampak yang ditimbulkannya diperkirakan makin meningkat akibat perubahan iklim global, perubahan penggunaan lahan dan degradasi lingkungan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan sebagian besar wilayah di Indonesia mulai masuk masa transisi dari musim hujan menuju kemarau pada April dan selama kurun waktu itu ancaman angin puting beliung meningkat.


Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015