Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan memastikan penerbitan obligasi berdenominasi Yen atau Samurai Bonds akan dilakukan paling lambat pada triwulan III-2015.

"Yang pasti semester ini kita eksekusi, kita harapkan sebelum berakhirnya triwulan tiga," katanya di Jakarta, Kamis.

Robert mengatakan penerbitan Samurai Bonds kali ini akan terbagi atas "guaranteed dan "unguaranteed", dengan porsi "guaranteed" yang lebih dominan karena seri obligasi tersebut telah mendapatkan penjaminan dan dipercaya pelaku pasar.

Pemerintah siap menerbitkan Samurai Bonds tanpa jaminan atau "unguaranteed" dengan porsi 20 persen-30 persen, sebagai upaya mencari basis investor baru Jepang yang telah memiliki kepercayaan terhadap pasar obligasi Indonesia.

Selama ini, pemerintah menerbitkan Samurai Bonds dengan jaminan atau "guaranteed" dari Bank Kerja Sama Internasional Jepang (JBIC), karena meskipun Indonesia telah mendapatkan peringkat layak investasi dinilai berisiko oleh investor Jepang yang konservatif.

"Komposisinya tergantung dari permintaan atas non guaranteed. Tapi kami harapkan, kalau tahun depan kami terbitkan lagi non guaranteed, maka investor sudah makin mengenal dan mau membeli," kata Robert.

Robert mengharapkan minat investor terhadap Samurai Bonds tetap besar, meskipun saat ini kondisi perekonomian global sedang bergejolak, akibat masalah pembayaran utang Yunani, merosotnya pasar saham Tiongkok dan rencana normalisasi kebijakan The Fed (Bank Sentral AS).

Dalam penerbitan perdana Samurai Bonds pada 2009, pemerintah memperoleh dana 35 miliar Yen, lalu meningkat menjadi 60 miliar Yen pada 2010, dan 60 miliar Yen pada 2012. Imbal hasil (yield) obligasi berdenominasi Yen dalam tiga penerbitan itu berada pada kisaran 1,13 persen-2,73 persen.

Sebelumnya, pemerintah baru melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi Euro seri RIEURO725 senilai 1,25 miliar euro dengan tenor selama 10 tahun, pada Kamis (23/7).

Total penawaran yang masuk (total order book) untuk obligasi berdenominasi Euro ini adalah mencapai 2,4 miliar euro, sehingga terdapat kelebihan permintaan atau oversubscription sebesar 1,9 kali.

Penawaran yang masuk ini terlihat menurun dibandingkan ketika pemerintah menerbitkan Euro Bonds senilai satu miliar euro pada tahun 2014, yang waktu itu mengalami oversubcription hingga 6,7 kali karena tingginya permintaan dari para investor Eropa.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015