Jakarta (ANTARA News) - Setahun belakangan, Arlin Chondro membuat perawatan kulit dan kesehatan berbasis essential oil, minyak dari tumbuhan dengan wewangian khas, yang sudah ia tekuni sejak beberapa tahun sebelumnya.

“Saat saya kenal essential oil, informasi masih simpang siur. Saya cari info dari jurnal riset, aromaterapis, buku teks. Lalu, mulai belajar meracik, awalnya untuk anak,” kata Arlin, yang memberi nama produknya Peek.Me Naturals, saat ditemui di acara Blibli beberapa waktu lalu.

Essential oil, atau juga disebut minyak atsiri, berasal dari tumbuhan apapun yang memiliki wangi, seperti sereh, cengkeh dan kayu manis.

Minyak tumbuhan itu lalu diekstrak dan disuling sehingga menghasilkan minyak yang tidak lengket dan cepat menguap bila terkena udara.

Minyak tersebut memiliki banyak kegunaan, beberapa tahun belakangan ini minyak atsiri yang diproses secara organik banyak dibuat menjadi produk kecantikan dan perawatan tubuh alami, atau dikenal sebagai organic skincare.

Arlin tertarik mendalami essential oils sejak 2013 lalu, mencari alternatif pengobatan bagi anak pertamanya yang terkena asma sejak usia tiga tahun.

Berbekal riset literatur, lulusan psikologi University of California at Berkeley ini  juga belajar dari aromaterapis di Amerika Serikat hingga akhirnya ia bisa meracik sendiri ramuan luar untuk mengatasi penyakit asma sang anak.

“Saya perlu setahun untuk menemukan takaran yang pas. Saya jadi koleksi banyak essential oil dan eksperimen sendiri,” kata ibu dua anak ini.

Melihat banyak komentar positif dari teman-teman terdekat, ia lalu merintis Peek.Me Naturals yang fokus pada produk kesehatan dan perawatan kulit pada Maret 2016.

Untuk membedakan produknya dengan yang sejenis di pasaran, ia kini sedang mengikuti program sertifikasi aromaterapis di Aromahead Institute di AS, agar produk yang ia buat berbasis riset.

Selain itu, menurut pengakuan Arlin, belum ada aromaterapis bersertifikasi di Indonesia untuk produk kesehatan dan perawatan tubuh organik di Indonesia.

Berawal dari rumah
Perempuan berusia 35 ini meracik sendiri produk yang ia pasarkan dari rumah. Saat ini, ia mengerjakan produk dibantu dua orang untuk memasarkan dan mengemas produk.

Ia memakai satu ruang khusus, yang diubahnya menjadi menjadi ruang kerja sekaligus tempat ia menaruh bahan dan barang-barang yang digunakan untuk membuat produk jualannya.

Bekerja dari rumah bukan hal yang aneh dilakukan perempuan yang sudah berkeluarga sekarang ini, banyak yang berbisnis dari rumah agar tidak kehilangan waktu bersama keluarga terutama bila sudah memiliki anak, seperti yang dilakukan Arlin.

Bekerja dari rumah, bagi dia, susah-susah gampang, harus pandai membagi waktu dan memberi pengertian ke anak bila sang ibu kini bekerja dari rumah.

“Sulit betul, awalnya, karena nggak ada batasan kerja dan waktu untuk keluarga,” kata Arlin.

Ia belajar harus lentur dalam bekerja, bila sedang meracik lalu anak membutuhkannya, ia harus segera bertukar peran dari wirausahawati menjadi ibu rumah tangga.

Apalagi, pada awal usaha, ia belum memisahkan ruang untuk bekerja sehingga anak-anaknya sering meminta perhatiannya saat sedang bekerja.

Lambat laun, ia merasa pemisahan ruang kerja secara fisik penting agar selain dapat mengumpulkan semua keperluan kerja dalam satu tempat, juga memberi pengertian kepada anak-anaknya bila berada di ruangan itu, artinya sang ibu sedang bekerja.

Sejak bekerja dari rumah, ia mulai belajar mengatur waktu kapan bisa bekerja dan kapan waktu untuk anak, misalnya sebelum anak bangun, setelah anak tidur dan saat anak sekolah.

“Kerja 4-5 jam sehari, sisanya waktu untuk rumah tangga dan anak-anak,” kata dia.

Awalnya, ia merasa kesulitan, terutama memberi pengertian ke anak sulung, yang terbiasa dengan kehadiran penuh sang ibu di rumah.

“Tapi, saya jadi introspeksi, mungkin ia berubah karena minta perhatian. Saya usahakan selama di rumah, berikan waktu untuk dia. Saya harus bisa bagi waktu, saat sama anak-anak, saya nggak pikirkan pekerjaan dan nggak pegang HP,” kata dia.

Edukasi essential oil
Selain memasarkan produknya sendiri, ia juga giat memberikan informasi seputar penggunaan essential oil melalui komunitas atau terbuka terhadap pertanyaan dari konsumennya.

Pasalnya, ia kerap menemukan penggunaan minyak esensial ini yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan, seperti diminum atau diteteskan langsung ke kulit.

“Diminum, sangat tidak boleh. Kalau pun boleh, untuk penyakit yang parah dan di bawah pengawasan clinical aromatherapist, yang belum ada di Indonesia,” kata dia.

Saat diteteskan langsung ke kulit, minyak ini bereaksi kuat, dapat menyebabkan rasa terbakar atau reaksi alergi.

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017