... puluhan tahun jadi jaksa, saya tahu persis bagaimana dan apa yang terjadi. Ada oknum, jangan (lalu) digeneralisasi...
Jakarta (ANTARA News) - Di seluruh Tanah Air terdapat 10.000 jaksa sebagaimana dikatakan Jaksa Agung, HM Prasetyo, di Jakarta, Jumat ini. Sehingga dia meminta publik jangan menggeneralisasi seluruh jaksa seperti oknum jaksa di Pamekasan, Jawa Timur, yang tertangkap tangan. 

Atas kenyataan oknum jaksa tertangkap tangan, ada yang meminta dia mundur dari jabatannya. Apa tanggapan Prasetyo? 

"Jaksa itu 10.000 orang lebih, jangan seperti penonton bola saja. Di luar lapangan mereka teriak-teriak lebih pintar dari pemainnya," katanya tentang itu.

Dia bilang, dia ingin melihat pihak-pihak yang meminta dia mundur dari posisinya sebagai jaksa agung untuk turut bermain. "Kita mau lihat seperti apa," katanya.

Lantas, apa upaya dia menanggulangi kelakukan oknum-oknum jaksa? "Apa mungkin saya biarkan mereka itu melakukan penyalahgunaan kewenangan, gak mungkin dong. Sekian banyak manusia itu (10.000 jaksa), itu khan kembali ke pribadi masing-masing, tandasnya.

"Bahwa ketika mereka terbukti bersalah, kami tindak. Karena banyak jaksa saya pecat itu. Jadi jangan seperti penonton bola, boleh mereka ini (kritik) tapi kalau main sendiri mereka bisa gak?," katanya.

"Saya puluhan tahun jadi jaksa, saya tahu persis bagaimana dan apa yang terjadi. Ada oknum, jangan (lalu) digeneralisasi," katanya.

Jumlah jaksa 10.000 orang itu tersebar di seluruh Tanah Air dan tidak mungkin dipantau satu-satu setiap saat, setiap menit. "Maka kembali ke oknumnya masing-masing. Kami selalu pesankan agar menjauhkan dari perbuatan tercela apapun, apalagi penyelewengan, penyimpangan," katanya.

Pada bagian lain, ia mempersilakan KPK memproses oknum jaksa yang tertangkap tangan sepanjang bukti dan faktanya ada.

"Ini sejalan juga dengan yang kita lakukan, kami lakukan penindakan juga. Kebetulan KPK menemukan OTT, ya silakan. Saya tidak akan pernah membela, menghalangi dan mencegah," katanya. 

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017