Jakarta (ANTARA News) - Komisioner Komnas HAM bersama Tim Pemantau Kasus Novel Baswedan akan menemui pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (16/3).

"Tadi saya dapat informasi besok siang sekitar pukul 14.00 WIB, Komisioner Komnas HAM akan datang bersama Tim Pemantau Kasus Novel Baswedan bertemu dengan pimpinan KPK," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK Jakarta, Kamis.

Febri menyatakan bahwa lembaganya telah menerima surat dari Komnas HAM terkait Tim Pemantau Kasus Novel Baswedan yang ingin melakukan koordinasi dengan KPK.

"Kami tentu senang ketika Komnas HAM datang setelah tim itu dibentuk. Apa pun kontribusi dari berbagai pihak termasuk Komnas HAM dan masyarakat jika itu dapat mendukung pengungkapan kasus penyerangan terhadap Novel tentu kami pandang itu adalah hal yang positif," ucap Febri.

Sebelumnya pada Jumat (9/3), Komnas HAM membentuk Tim Pemantau Kasus Novel Baswedan untuk mendorong percepatan penanganan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.

"Kami tentu terbuka dengan kerja sama dan penguatan seperti itu. Ketika Komnas HAM melihat ada persoalan Hak Asasi Manusia saat sejumlah penyidik KPK mengalami serangan berkali-kali maka kami harap proses ini dapat membantu pengungkapan lebih lanjut," kata Febri.

Adapun tim bentukan sidang paripurna Komnas HAM terkait proses hukum kasus Novel Baswedan itu beranggotakan M Choirul Anam, Franz Magnis Suseno, Ahmad Taufan Damanik, Sandrayati Moniaga, Alissa Wahid, Abdul Munir Mulkhan, dan Bivitri Susanti.

Pada Selasa (13/3), Novel pun telah dimintai keterangan oleh Tim Pemantau Kasus Novel Baswedan di Kantor Komnas HAM Jakarta terkait peristiwa penyerangan dengan air keras terhadap dirinya.

Novel disiram air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai shalat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya.

Mata salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (KTP-e) itu mengalami kerusakan. Novel sempat menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018