Banjarmasin (ANTARA News) - Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Rudy S Prawiradinata, mengatakan saat ini masih terjadi kesenjangan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berbagai sektor lainnya antara Kalimantan dengan berbagai provinsi di Jawa.

Menurut Rudy pada acara "Road to Indonesia Development Forum (IDF) 2018" di Banjarmasin, Rabu, kesenjangan tersebut antara lain di sektor pertumbuhan ekonomi, yakni di Jawa rata-rata pertumbuhannya telah mencapai di atas 7 persen, sedangkan Kalimantan pada angka tiga persen ke bawah.

"Padahal potensi pertumbuhan ekonomi Kalimantan cukup besar, namun belum tergarap secara maksimal," katanya.

Sehingga tambah dia, potensi-potensi tersebut yang harus terus digali dan ditumbuhan, antara lain dengan melalui diskusi publik untuk menjaring ide dan praktik, baik pembangunan yang sesuai dengan karakteristik wilayah Indonesia Tengah dan kearifan lokalnya.

Menurut dia, kegiatan Indonesia Development Forum (IDF), sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan berbagai program ke depan, karena selain mendapatkan pengalaman kesuksesan dari daerah lain, juga bisa memetakan potensi yang bisa dikembangkan masing-masing daerah ke depannya.

Khusus Kalimantan tambah dia, kesenjangan terjadi, karena selama ini pertumbuhan ekonomi hanya tertumpu pada salah satu sektor, terutama pertambangan.

Sedangkan potensi lainnya, yang sebenarnya sangat besar, masih belum tergarap maksimal, seperti industri, pertanian, perikanan, pariwisata dan lainnya.

Perekonomian Kalimantan, tambah dia, masih tertumpu pada eksploitasi sektor pertambangan, sehingga tidak seimbang dengan pertumbuhan sektor lainnya.

Akibatnya, potensi yang ada, tidak bisa berdampak maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dan dikembangkan, antara lain adalah peningkatan infrastruktur, seperti pembangunan jalan maupun jembatan, yang memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi di sekitar masyarakat.

Selain itu, juga pengembangkan teknologi informasi, misalnya IT di sektor perikanan. Melalui IT yang canggih, nelayan bisa menentukan koordinat lokasi ikan yang banyak, bagaimana pengelolaannya hingga pemasarannya.

Menurut dia, ke depan perlu dibangun sistem yang mempertemukan antara produsen hingga ke konsumen atau pasar, tanpa melalui perantara atau mekanisme pasar yang panjang, dan lainnya.

"Potensi-potensi tersebut, yang bisa dikembangkan menjadi bahan diskusi kami saat ini," katanya.

Menurut Rudy, hingga kini telah masuk ke Bappenas sebanyak 576 proposal, dari jumlah tersebut, akan diambil 70 untuk dibahas dalam diskusi dan selanjutnya akan masuk dalam program Bappenas.

Acara IDF selain diikuti oleh peserta dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, juga beberapa kota lainnya di Kalimantan serta Sulawesi.

Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018