Istanbul (ANTARA News) - Turki menyatakan kelompok pemberonak Tahrir al-Sham sebagai organisasi teroris, kata keputusan presiden, yang disiarkan pada Jumat, sementara Damaskus menyiapkan serangan di Suriah baratlaut, tempat kelompok tersebut berada.

Pengumuman di Lembaran Negara itu sesuai dengan keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juni untuk menambahkan Tahrir al-Sham ke dalam daftar orang atau organisasi yang asetnya akan dibekukan karena berkaitan dengan kelompok keras Alqaida dan IS.

Pengumunan tersebut terjadi sebelum serangan, yang akan dilancarkan tentara Suriah. Kawasan tersebut merupakan rumah bagi hampir 3 juta orang di perbatasan dengan Turki.

Tahrir al-Sham, yang mencakup kelompok terkait Alqaida, yang sebelumnya bernama Nusra Front, adalah persekutuan kelompok sangat kuat di Idlib, kantung paling besar dan terakhir yang dikuasai pemberontak di luar kendali Presiden Suriah Bashar al-Assad, demeikian Reuters melaporkan.

Baca juga: Front Nusra mundur dari koalisi anti-ISIS

Rusia menyatakan pada Jumat pemerintah Suriah mempunyai setiap hak untuk mengejar para teroris keluar dari Idlib, dengan menambahkan pembicaraan untuk membentuk koridor kemanusiaan di sana sedang berjalan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pekan lalu, mengusahakan solusi militer di Idlib, kendat di sana ada para militan, akan menjadi bencana.

Ankara, yang memiliki tentara dalam jumlah relatif kecil di Idlib, telah memperingatkan sebuah serangan dapat mendorong gelombang baru pengungsi.

"Penting bagi kita semua untuk menetralkan kelompok radikal itu," kata dia, "Tetapi, kita harus membedakan warga dari kelompok teroris."

Editor: Boyke Soekapdjo

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018