Sayang, LRT tidak menyediakan toilet di luar pintu otomatis
Jakarta (ANTARA) -
Sejumlah penumpang duduk dengan tertib dalam kereta LRT yang tengah berjalan dari Stasiun Velodrome Rawamangun Jakarta Timur menuju Boulevard Utara Kelapa Gading dalam uji publik LRT, Selasa (25/6/2019). (ANTARAnews/ Abdu Faisal)
Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, Basuki Tjahaya Purnama marah besar sewaktu keinginan menggebu untuk mengurai kemacetan Jakarta terhenti seiring tersendatnya pembangunan transportasi dengan rel melayang (Monorail) pada 2013.

Basuki kemudian beralih memilih membangun Lintas Rel Terpadu (LRT).

Pria yang akrab disapa Ahok ini terus menekan PT Jakpro selaku induk usaha PT LRT Jakarta untuk segera memulai proses lelang pembangunan sebelum pesta olah raga terbesar se-Asia Tenggara, Asian Games 2018 dimulai. Jika tidak dapat dipenuhi, Ahok meminta seluruh direksi PT Jakpro untuk mundur.

Beberapa tahun setelahnya, sekitar Juli 2018, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengambil alih penanganan proyek LRT seiring terpilihnya Anies dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Ia lalu mengambil langkah tegas dengan mencopot Satya Heragandhi, orang pilihan Ahok, dari posisi Direktur Utama PT Jakarta Propertindo atau Jakpro. Pencopotan Satya dilakukan hanya 40 hari menjelang Asian Games 2018 yang dihelat di Jakarta dan Palembang itu.

Saat itu, Jakpro memiliki tiga pekerjaan besar, yaitu menyelesaikan dan mengoperasikan kereta ringan (light rail transit/LRT), arena balap sepeda Velodrome, dan arena berkuda Equestrian untuk Asian Games. Pesta olahraga itu sendiri berlangsung pada 18 Agustus 2018.

Setahun setelahnya, tepat 11 Juni 2019, baru PT LRT Jakarta sebagai anak perusahaan PT Jakpro menguji coba kereta untuk publik.

Kereta LRT yang diuji coba melewati lima titik mulai dari Velodrome Rawamangun Jakarta Timur, Equestrian Jakarta Timur, Pulomas di Jakarta Timur, Boulevard Selatan, dan Boulevard Utara di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Hingga kini, proses uji coba pun masih terus berjalan. Namun PT LRT Jakarta belum juga bisa meresmikan operasionalnya karena terbentur masalah administrasi.

Sayang beribu sayang, proyek yang dulu dibuat untuk sarana transportasi para atlet Asian Games 2018 itu pembangunannya melewati target yang ditetapkan.

Asian Games 2018 sudah berlangsung, dengan meriah, tanpa kehadiran LRT Jakarta.

Sedikit latar cerita ini yang terngiang-ngiang di telinga Bagus Setiawan, seorang pendukung Ahok, yang dulu pernah tinggal di Jakarta sebelum berpindah setahun lalu ke tanah kelahirannya di Demak, Jawa Tengah.

Iwan antusias menjajal LRT, sebuah cita-cita yang mungkin baru kesampaian sekarang setelah ia kembali ke Jakarta.

Pria berkacamata itu merasa girang saat tahu di Instagram kalau Kereta LRT diuji cobakan secara gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun.

"Serius, gratis?" tanya Iwan kepada salah seorang petugas loket LRT di Stasiun Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur seakan menunjukkan wajah tidak percaya.

"Iya pak, bawa KTP kan?" tanya petugas loket kepadanya.

Iwan pun menyerahkan Kartu Tanda Penduduknya. Petugas itu melihat KTP Iwan lalu mengembalikannya sambil menyerahkan sebuah kartu yang juga disebut Single Journey Trip (SJT).

Dengan mata berbinar-binar, ia pun masuk setelah tentunya tap in kartu SJT dulu di pintu otomatis.

Iwan melihat sekeliling, ia sangat mengagumi keindahan luar Stadion Velodrome dari dalam stasiun LRT, "Ini pasti proyek Ahok dulu sebelum lengser," katanya.

Saat itu pukul 12.10 WIB, namun Iwan tertinggal rombongan kereta pertama yang ia lihat.

Tak terburu-buru karena memang sudah sedia waktu khusus untuk uji coba LRT, Iwan menyusuri dulu stasiun Velodrome sambil memperhatikan jam kembali.

"Saya lalu salat dulu di Musala LRT," kata Iwan.

Bagi Iwan, Musala LRT tampak dua kali lebih kecil jika dibandingkan Musala di Stasiun Cikarang, Jawa Barat.

"Keran wudhu di sini juga cuma dua bagi laki-laki dan dua perempuan. Letak kerannya pun berdampingan yang seharusnya terpisah," kata Iwan.

Lima menit berlalu, Iwan sudah keluar dari Musala itu dan melanjutkan perjalanan dengan kereta pukul 12.15 WIB. "Wah cepat juga keretanya tiba," pikir Iwan.

Iwan sempat bingung dikarenakan gerbong LRT yang beroperasi hanya dua. Ia berpendapat jika hanya dua gerbong sangat berpotensi terjadi kepadatan penumpang di dalam LRT kalau sudah beroperasi penuh.

Saat dikonfirmasi, petugas di Stasiun Velodrome mengatakan bahwa pengoperasian dua gerbong tersebut hanya berlaku sementara.

"Hanya untuk sementara. Sebenarnya bisa sampai enam gerbong," kata petugas tersebut.

LRT sendiri dibagi menjadi dua, yakni LRT Jabodetabek yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya seperti Bekasi dan Bogor yang dibangun oleh PT Adhi Karya dengan dioperasikan oleh PT KAI.

Sedangkan LRT dalam kota, yang digunakan Iwan, dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta dan dioperasikan Jakarta Propertindo (Jakpro). LRT dalam kota, telah mulai membangun jalur Koridor I (Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun) sepanjang 5,8 km dan telah diuji coba pada 15 Agustus 2018 sebelum diujicobakan untuk publik dari 11 Juni 2019 sampai hari ini.

Direktur Proyek LRT PT Jakpro, Iwan Takwin, menyebut sarana transportasi ini akan menghemat waktu perjalanan masyarakat.

"LRT Koridor I ini diperkirakan memakan waktu tempuh kurang lebih 13 menit. Per stasiunnya menghabiskan waktu 1 menit hingga 2,5 menit," ujarnya.

LRT fase I koridor Kelapa Gading-Velodrome ini secara paralel akan dilanjutkan dengan pembangunan fase II koridor Velodrome-Dukuh Atas-Tanah Abang, sebelum beralih ke jalur lainnya yang direncanakan akan ada tujuh koridor.

Ketika jarum jam menunjuk 12.28 WIB, kereta pun merapat ke stasiun Boulevard Utara. Sebenarnya masih ada satu stasiun lagi yaitu Stasiun Pegangsaan Dua yang belum digunakan untuk uji publik.

Selain itu, Iwan juga mesti turun di Stasiun Boulevard Utara karena rencananya akan bertemu dengan temannya di Mall Kelapa Gading.

Di depan pintu otomatis, ada petugas yang akan mengambil kartu SJT dari para penumpang sembari mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, semoga menikmati perjalanan Anda bersama LRT," ujar petugas tersebut kata Iwan.

Sesaat sebelum meninggalkan stasiun, Iwan merasa kebelet pipis. Namun karena sudah di luar pintu otomatis, ia pun mengurungkan niatnya pergi ke toilet.

"Sayang, LRT tidak menyediakan toilet di luar pintu otomatis," ujar Iwan sambil membayangkan apa jadinya bila nanti LRT sudah resmi beroperasi.

Baca juga: Menanti LRT, Si "mainan anak", menjawab kritik
Baca juga: DPRD : LRT Jakarta jalur Velodrome - Kelapa Gading proyek gagal


 

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019