Peci ia sematkan di atas kerudungnya.
Marlina bersama 63 kawannya asal SMA Negeri 1 Sebatik Tengah bersiap untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di hadapan lebih dari 5.000 masyarakat Pulau Sebatik, wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara.
Petugas pengibar bendera yang terdiri dari 33 siswa dan 30 siswi tersebut terlihat sibuk mempersiapkan diri, mulai dari merapihkan pakaian yang telah dikenakan, menyiapkan bendera Merah Putih, hingga melatih langkah.
Meskipun sang Merah Putih selalu berkibar di Lapangan Aji Kuning, Pulau Sebatik, hari itu merupakan kesempatan pertama bagi mereka untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di lapangan tersebut.
Marlina mendapat tugas kehormatan menjadi pembawa bendera dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-73 yang diadakan pada tanggal 17 Agustus 2018 yang lalu.
Waktu latihan yang terlampau singkat, yaitu dua minggu tidak menyurutkan semangat Marlina dan kawan-kawannya untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik walaupun Marlina sempat khawatir melakukan kesalahan ketika memberikan bendera ke Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) yang pada saat itu menjadi inspektur upacara.
Marlina, siswi berprestasi yang terpilih menjadi pembawa bendera pada hari itu merupakan kelahiran Serawak, Malaysia.
Ibunya, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) telah wafat tuJuh tahun lalu karena terserang kanker.
Kini, ia tinggal bersama ayahnya di rumah sederhana hasil tabungan dan kerja keras ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan di Serawak.
Ayahnya yang kini bekerja sebagai petani sawit bekerja keras untuk membiayai pendidikan 4 buah hatinya.
Dalam rumah kecilnya itu ia bercerita bahwa kewarganegaraan, itulah yang menjadi alasan Marlina dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Pulau Sebatik sembilan tahun lalu.
Kepastian akan jaminan hidup dan keamanan menjadi pertimbangan terbesar untuk ayah Marlina membawa keluarganya kembali ke Indonesia.
Di umur tujuh tahun, ketika tiba di Pulau Sebatik, Marlina langsung mengenyam Pendidikan Sekolah Dasar hingga kini ia duduk di bangku SMA yang dibiayai seluruhnya oleh Pemerintah.
Marlina kemudian bercerita ketika ia mengecap pendidikan dasar, kondisi sekolah yang ia gunakan dapat dikatakan kurang layak.
Bahkan, hingga kini para siswa dan siswinya harus berbagi kelas di beberapa mata pelajaran.
Tidak jarang ketika seluruh kelas penuh digunakan, para siswa terpaksa belajar di selasar kelas tanpa meja dan kursi, bahkan ruang perpustakaan pun telah dijadikan ruang belajar.
“Sebagai pelajar yang tinggal di wilayah perbatasan seperti kami seringkali jauh dari kata pembangunan. Fasilitas yang dirasa masih minim kadang menjadi kendala kami untuk belajar” cerita Marlina.
Kisah Marlina merupakan satu dari ribuan kisah pelajar di Pulau Sebatik yang mengalami hal serupa, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada mereka tetap semangat menggapai masa depan.
Pada perayaan HUT RI Ke-73, harapan baru bagi adik-adik Marlina pun telah datang, PT Pupuk Indonesia (Persero) hadir di Pulau Sebatik untuk membangun masa depan adik-adik Marlina melalui bantuan renovasi sekolah senilai Rp 220 juta dan bantuan buku senilai Rp 80 juta.
“Pupuk Indonesia hadir di Pulau Sebatik sebagai Pulau terluar Indonesia dengan harapan dapat memajukan perekonomian daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga menunjukan kehadiran Negara dalam segala aspek kehidupan masyarakat tidak terkecuali masyarakat yang hadir di Perbatasan” jelas Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin Idat dalam wawancaranya.
Dalam perayaan HUT RI Ke-73 tanggal 17 Agustus 2018 yang lalu hadir PT Pupuk Indonesia (Persero) di Pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Sebatik dengan menghadirkan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat Pulau Sebatik.
Kegiatan itu, antara lain kegiatan Upacara Bendera, Jalan Sehat, Pesta Rakyat dimana didalamnya terdapat acara kuliner gratiss, lomba tradisional, dan juga pengobatan gratis.
Selain itu, pada tanggal 11-18 Agustus 2018 lalu Pupuk Indonesia juga telah mengadakan kegiatan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dengan mengirimkan 23 siswa siswi berprestasi asal DKI Jakarta untuk belajar dan mengenal lebih jauh budaya Kalimantan Utara.
Program SMN ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga dan nasionalisme generasi penerus bangsa dengan menunjukan keberagaman Nusantara.
(Humas Pupuk Indonesia)