Sandakan (ANTARA) - Ruang belajar pada sekolah anak tenaga kerja Indonesia (TKI) atau community learning center (CLC) Kuari 3 Gum Gum Sandakan Negeri Sabah Malaysia tampak memprihatinkan.
CLC yang didirikan sejak dua tahun lalu di perkampungan ini menggunakan lima ruangan belajar yang terpisah semuanya berdinding papan bekas atau tripleks setinggi satu meter.
Kahidir Luli selaku pejabat kepala CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan, Kamis mengaku, harus menggunakan ruangan belajar apa adanya demi pendidikan anak-anak TKI di negara itu.
CLC Kuari Gum Gum merupakan salah satu dari ratusan sekolah anak TKI di Kawasan Sandakan didirikan atas inisiatif WNI melalui persetujuan Kantor Perwakilan RI di Kota Kinabalu tersebut menggunakan ruangan belajar darurat.
"Ruangan belajar yang kami pakai buat anak-anak di sini sebelumnya kandang bebek yang dibentuk seperti sekolah," beber Kahidir.
Meskipun sarana belajar bagi anak-anak TKI sangat terbatas tidak mengurangi semangatnya untuk mendapatkan pendidikan layaknya anak-anak di Indonesia.
Kahidir menyebutkan, jumlah siswa yang dibina sebanyak 97 orang dengan jumlah lima orang salah satunya guru bina yang direkrut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pembina CLC Negeri Sabah-Sarawak, Istiqlal yang ditemui, membenarkan, kondisi ruang belajar bagi anak-anak WNI masih jauh dari layak.
Tetapi hal itu telah menjadi hal yang lumrah karena sulit mendapatkan bantuan dari Pemerintah Indonesia akibat status lahan milik warga negara Malaysia.
Jika diberikan bantuan dana pembangunan maksimal hanya untuk rehabilitasi ruang belajar dan pengadaan sarana prasarana belajar semata.
"Pemerintah Indonesia siap memberikan bantuan pembangunan ruang belajar asalkan status lahannya jelas dan bukan disewa dari warga tempatan (Malaysia)," ujar Istiqlal yang menjabat Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Negeri Sabah ini.
Kemudian, lanjut dia, mengenai CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan ini sebenarnya statusnya belum terdaftar sehingga belum mendapatkan nomor register.
Oleh karena itu, tentunya masih sulit mendapatkan bantuan anggaran rehabilitasi ruang belajar. Namun, Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu tetap memberikan perhatian dalam hal peningkatan sumber daya termasuk bantuan guru bina.
Ia membenarkan, kondisi ruang belajar masih jauh dari layak tetapi telah menjadi hal yang lumrah bagi semua CLC di Negeri Sabah yang berada di luar kawasan perusahaan perkebunan.
"CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan ini kan bentukan pribadi bukan berada dalam kawasan perusahaan makanya tidak ada sama sekali bantuan perbaikan ruang belajar. Kalau CLC bentukan perusahaan pasti mendapatkan bantuan CSR (Corporate Social responsibity)," kata dia.
CLC yang didirikan sejak dua tahun lalu di perkampungan ini menggunakan lima ruangan belajar yang terpisah semuanya berdinding papan bekas atau tripleks setinggi satu meter.
Kahidir Luli selaku pejabat kepala CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan, Kamis mengaku, harus menggunakan ruangan belajar apa adanya demi pendidikan anak-anak TKI di negara itu.
CLC Kuari Gum Gum merupakan salah satu dari ratusan sekolah anak TKI di Kawasan Sandakan didirikan atas inisiatif WNI melalui persetujuan Kantor Perwakilan RI di Kota Kinabalu tersebut menggunakan ruangan belajar darurat.
"Ruangan belajar yang kami pakai buat anak-anak di sini sebelumnya kandang bebek yang dibentuk seperti sekolah," beber Kahidir.
Meskipun sarana belajar bagi anak-anak TKI sangat terbatas tidak mengurangi semangatnya untuk mendapatkan pendidikan layaknya anak-anak di Indonesia.
Kahidir menyebutkan, jumlah siswa yang dibina sebanyak 97 orang dengan jumlah lima orang salah satunya guru bina yang direkrut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pembina CLC Negeri Sabah-Sarawak, Istiqlal yang ditemui, membenarkan, kondisi ruang belajar bagi anak-anak WNI masih jauh dari layak.
Tetapi hal itu telah menjadi hal yang lumrah karena sulit mendapatkan bantuan dari Pemerintah Indonesia akibat status lahan milik warga negara Malaysia.
Jika diberikan bantuan dana pembangunan maksimal hanya untuk rehabilitasi ruang belajar dan pengadaan sarana prasarana belajar semata.
"Pemerintah Indonesia siap memberikan bantuan pembangunan ruang belajar asalkan status lahannya jelas dan bukan disewa dari warga tempatan (Malaysia)," ujar Istiqlal yang menjabat Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Negeri Sabah ini.
Kemudian, lanjut dia, mengenai CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan ini sebenarnya statusnya belum terdaftar sehingga belum mendapatkan nomor register.
Oleh karena itu, tentunya masih sulit mendapatkan bantuan anggaran rehabilitasi ruang belajar. Namun, Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu tetap memberikan perhatian dalam hal peningkatan sumber daya termasuk bantuan guru bina.
Ia membenarkan, kondisi ruang belajar masih jauh dari layak tetapi telah menjadi hal yang lumrah bagi semua CLC di Negeri Sabah yang berada di luar kawasan perusahaan perkebunan.
"CLC Kuari 3 Gum Gum Sandakan ini kan bentukan pribadi bukan berada dalam kawasan perusahaan makanya tidak ada sama sekali bantuan perbaikan ruang belajar. Kalau CLC bentukan perusahaan pasti mendapatkan bantuan CSR (Corporate Social responsibity)," kata dia.