Nunukan (ANTARA) - Ketua DPRD Nunukan Kalimantan Utara Hj Leppa menyerap aspirasi warga melalui reses masa sidang pertama 2019 di depan Pasar Yamaker Kelurahan Nunukan Barat
Dilaporkan di Nunukan, Senin, warga khususnya pedagang Pasar Yamaker mengeluhkan sejumlah masalah, terutama masalah keamanan.
Seperti yang diutarakan, Syamsuddin, pedagang sayur dan sembako di Pasar Yamaker meminta adanya penjaga malam yang aktif karena selama ini seringkali terjadi kehilangan barang jualan.
Lalu, pria ini juga mengharapkan, pintu masuk agar dipasangi seng plat supaya tikus tidak masuk memakan barang jualan. "Sekarang ini banyak tikus dalam lapak penjualan kami," ujar Syamsuddin.
Pedagang ini juga mengeluhkan air bersih kurang lancar ditambah semrawutnya pedagang yang menumpuk atau menyimpan barangnya di lorong. Menyebabkan pembeli sulit melintas.
"Sebaiknya pedagang yang menumpuk barang atau meyimpan barangnya di lorong supaya ditertibkan. Supaya pembeli tidak terganggu," keluh Syamsuddin.
Kemudian seorang warga juga mengusulkan agar pedagang nasi dan kue yang jumlahnya puluhan orang itu diakomodir berjualan dalam area Pasar Yamaker.
Sarannya dibuatkan lapak-lapak dekat dari pasar meskipun hanya darurat asal tempatnya layak untuk ditempati berjualan.
Menurut warga ini, pedagang kue dan nasi yang berada di pinggir jalan ini tidak memiliki lapak yang layak.
Bagaimana jawaban Hj Leppa? Istri dari mantan Bupati Nunukan periode 2001-2011 ini mengatakan, semua keluhan warga akan segera ditindaklanjuti dengan melaporkan kepada pemerintah daerah.
Ia katakan, segala permasalahan warga merupakan ranah pemerintah yang menyelesaikannya. Pun jika ada permasalahan warga yang langsung diselesaikan oleh anggota dewan adalah sifatnya pribadi.
Mengenai usulan pedagang nasi dan kue dibangunkan lapak dalam area pasar, Hj Leppa menyatakan, inipun akan disampaikan kepada pemerintah melalui Dinas Perdagangan setempat.
Hanya saja, anggaran pemda sekarang ini sangat terbatas sehingga warga harus bersabar dulu. Usulan dan keinginannya sesuai kebutuhan tetap akan diakomodir tetapi tidak bisa secepat itu.
Soal distribusi air di Pasar Yamaker, Hj Leppa menanggapi dengan menanyakan langsung kepada pengelolanya. Sebab pengadaan mesin dan pengeboran sumber air di pasar tersebut merupakan inisiatif pribadi H Abdul Hafid Achmad langsung.
Hal inipun diakui oleh pedagang bahwa mesin dan pengeboran sumber air memang bantuan pribadi dari mantan Bupati Nunukan tersebut. Karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Pemkab Nunukan sementara ketersediaan air sangat dibutuhkan.
Pada kesempatan itu juga, Ketua DPRD Nunukan yang menggelar reses didampingi sejumlah pengurus DPC Partai Hanura Nunukan ini mengajak pedagang agar menjaga kebersihan lapak masing-masing.
Kemudian, dia juga mendapatkan laporan bahwa pendapatan dari retribusi Pasar Yamaker hanya Rp200.000 per hari dari 180 lapak lebih.
Ternyata, banyak pedagang yang tidak membayar retribusi dalam sehari sehingga dia minta kesadaran untuk memenuhi kewajibannya.
Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam sehari tidak sebanding dengan pengeluaran.
Padahal Pemkab Nunukan harus membayar lampu setiap bulan ditambah pembayaran honor kebersihan.
Ada lagi pembayaran keamanan atau penjaga malam. Nah, jika dikalkulasi pengeluaran dengan pendapatan masih "baki" atau rugi.
Jadi, seru Hj Leppa, kesadaran pedagang lebih penting juga supaya keluhannya dapat dipenuhi. Seperti usulan pedagang nasi dan kue mau dibangunkan lapak.
"Bagaimana bisa bangun lapak kalau pembayaran lampu, kebersihan dan keamanan saja tidak cukup," kata dia.
Ia pun menuturkan, keterbatasan anggaran yang dimiliki pemda menjadi penyebab sulitnya memenuhi semua keluhan masyarakat.
Namun Hj Leppa mengingatkan bahwa tidak selamanya masyarakat akan mengalami kesulitan seperti sekarang ini. Ada saatnya nanti semua akan menikmati kesenangan apabila anggaran telah memadai.
Malah dia optimis, pada 2020 tahun depan anggaran pemda Nunukan mulai stabil.
Baca juga: Kadin-Disdag Nunukan pantau harga daging ayam di pasar
Baca juga: Pasar perbatasan Lamijung segera dioperasikan
Dilaporkan di Nunukan, Senin, warga khususnya pedagang Pasar Yamaker mengeluhkan sejumlah masalah, terutama masalah keamanan.
Seperti yang diutarakan, Syamsuddin, pedagang sayur dan sembako di Pasar Yamaker meminta adanya penjaga malam yang aktif karena selama ini seringkali terjadi kehilangan barang jualan.
Lalu, pria ini juga mengharapkan, pintu masuk agar dipasangi seng plat supaya tikus tidak masuk memakan barang jualan. "Sekarang ini banyak tikus dalam lapak penjualan kami," ujar Syamsuddin.
Pedagang ini juga mengeluhkan air bersih kurang lancar ditambah semrawutnya pedagang yang menumpuk atau menyimpan barangnya di lorong. Menyebabkan pembeli sulit melintas.
"Sebaiknya pedagang yang menumpuk barang atau meyimpan barangnya di lorong supaya ditertibkan. Supaya pembeli tidak terganggu," keluh Syamsuddin.
Kemudian seorang warga juga mengusulkan agar pedagang nasi dan kue yang jumlahnya puluhan orang itu diakomodir berjualan dalam area Pasar Yamaker.
Sarannya dibuatkan lapak-lapak dekat dari pasar meskipun hanya darurat asal tempatnya layak untuk ditempati berjualan.
Menurut warga ini, pedagang kue dan nasi yang berada di pinggir jalan ini tidak memiliki lapak yang layak.
Bagaimana jawaban Hj Leppa? Istri dari mantan Bupati Nunukan periode 2001-2011 ini mengatakan, semua keluhan warga akan segera ditindaklanjuti dengan melaporkan kepada pemerintah daerah.
Ia katakan, segala permasalahan warga merupakan ranah pemerintah yang menyelesaikannya. Pun jika ada permasalahan warga yang langsung diselesaikan oleh anggota dewan adalah sifatnya pribadi.
Mengenai usulan pedagang nasi dan kue dibangunkan lapak dalam area pasar, Hj Leppa menyatakan, inipun akan disampaikan kepada pemerintah melalui Dinas Perdagangan setempat.
Hanya saja, anggaran pemda sekarang ini sangat terbatas sehingga warga harus bersabar dulu. Usulan dan keinginannya sesuai kebutuhan tetap akan diakomodir tetapi tidak bisa secepat itu.
Soal distribusi air di Pasar Yamaker, Hj Leppa menanggapi dengan menanyakan langsung kepada pengelolanya. Sebab pengadaan mesin dan pengeboran sumber air di pasar tersebut merupakan inisiatif pribadi H Abdul Hafid Achmad langsung.
Hal inipun diakui oleh pedagang bahwa mesin dan pengeboran sumber air memang bantuan pribadi dari mantan Bupati Nunukan tersebut. Karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Pemkab Nunukan sementara ketersediaan air sangat dibutuhkan.
Pada kesempatan itu juga, Ketua DPRD Nunukan yang menggelar reses didampingi sejumlah pengurus DPC Partai Hanura Nunukan ini mengajak pedagang agar menjaga kebersihan lapak masing-masing.
Kemudian, dia juga mendapatkan laporan bahwa pendapatan dari retribusi Pasar Yamaker hanya Rp200.000 per hari dari 180 lapak lebih.
Ternyata, banyak pedagang yang tidak membayar retribusi dalam sehari sehingga dia minta kesadaran untuk memenuhi kewajibannya.
Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam sehari tidak sebanding dengan pengeluaran.
Padahal Pemkab Nunukan harus membayar lampu setiap bulan ditambah pembayaran honor kebersihan.
Ada lagi pembayaran keamanan atau penjaga malam. Nah, jika dikalkulasi pengeluaran dengan pendapatan masih "baki" atau rugi.
Jadi, seru Hj Leppa, kesadaran pedagang lebih penting juga supaya keluhannya dapat dipenuhi. Seperti usulan pedagang nasi dan kue mau dibangunkan lapak.
"Bagaimana bisa bangun lapak kalau pembayaran lampu, kebersihan dan keamanan saja tidak cukup," kata dia.
Ia pun menuturkan, keterbatasan anggaran yang dimiliki pemda menjadi penyebab sulitnya memenuhi semua keluhan masyarakat.
Namun Hj Leppa mengingatkan bahwa tidak selamanya masyarakat akan mengalami kesulitan seperti sekarang ini. Ada saatnya nanti semua akan menikmati kesenangan apabila anggaran telah memadai.
Malah dia optimis, pada 2020 tahun depan anggaran pemda Nunukan mulai stabil.
Baca juga: Kadin-Disdag Nunukan pantau harga daging ayam di pasar
Baca juga: Pasar perbatasan Lamijung segera dioperasikan