Jombang (ANTARA) - Santri Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, merasa kehilangan sosok pengasuhnya, KH Sholahudin Wahid yang wafat di Jakarta, Minggu malam.
Azwani, salah seorang santri senior di Pesantren Tebuireng, Jombang mengaku berduka dengan wafatnya Gus Sholah. Selama ini, Gus Sholah merupakan sosok kiai yang menjadi panutan dan selalu memberikan contoh yang baik untuk santri-santrinya.
Baca juga: Gus Sholah tutup usia
"Gus Sholah sosok kiai yang luar biasa. Bukan hanya merawat santri, tapi beliau juga tokoh bangsa. Panutan santri dan ulama serta masyarakat yang ada di Indonesia," kata Azwani saat dihubungi, Minggu malam.
Ia mengaku sudah menimba ilmu di Pesantren Tebuireng, Jombang mulai 2005. Gus Sholah sendiri mulai menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2006, sehingga dirinya dekat dengan Gus Sholah.
Azwani mengatakan, di pesantren, Gus Sholah mendidik para santrinya dengan luar biasa. Ia selalu memberikan nasihat agar santri menjadi semakin baik.
"Beliau memberikan nasihat dengan cara santun. Sesuai dengan visi misi dari Pesantren Tebuireng yang toleransi. Itu yang paling utama dari beliau. Jadi, mendidik beliau itu bukan hanya memberi contoh tapi juga menjadi contoh. Beliau suri tauladan yang baik untuk kami," kata Azwani yang aslinya dari Aceh tersebut.
Gus Sholah merupakan adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ia lahir di Jombang pada 11 September 1942 dari pasangan suami istri, KH Wahid Hasyim dan ibundanya Hj Solichah.
Baca juga: Santri Tebuireng Jombang berduka atas wafatnya Gus Sholah
Gus Sholah merupakan cucu tokoh bangsa yang juga pendiri organisasi Islam, Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari.
Ayah Gus Sholah, yakni KH Wahid Hasyim, merupakan Menteri Agama pada tahun 1949. Ia merupakan putra ketiga dari enam bersaudara. Beberapa sudaranya seperti KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Hj Aisyah Hamid Baidlowi, hingga Hj Lily Chodijah Wahid.
Saat ayahandanya diangkat menjadi Menteri Agama, Gus Sholah juga ikut pindah ke Jakarta. Ia banyak menghabiskan waktunya dan sekolah di Jakarta. Namun untuk kuliah, Gus Sholah memilih di jurusan arsitektur ITB.
Gus Sholah juga sosok yang gemar menulis. Ia aktif menulis di media massa sejak era reformasi 1998. Tulisannya banyak tersebar di berbagai media nasional Tanah Air. Selain itu, sejumlah buku juga ditulisnya.
Di kancah politik, Partai Golkar pernah menduetkan Wiranto dan Gus Sholah yang menjadi calon Wakil Presiden dalam Pemilu 2004. Namun, suara mereka dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakilnya, Jusuf Kalla.
Ia lalu meneruskan perjuangan pamannya, KH Yusuf Hasyim yang mengasuh PP Tebuireng, Jombang mulai 2006 hingga sekarang ini.
Gus Sholah menikah dengan Nyai Farida, putri mantan Menteri Agama KH Syaifudin Zuhri dan dikaruniai tiga anak, antara lain Irfan Asy’ari Sudirman (Ipang Wahid), Iqbal Billy dan Arina Saraswati. (*)
Baca juga: PBNU: Gus Sholah pribadi yang gigih dalam kemanusiaan
Baca juga: MUI: Gus Sholah lebih dari NU
Azwani, salah seorang santri senior di Pesantren Tebuireng, Jombang mengaku berduka dengan wafatnya Gus Sholah. Selama ini, Gus Sholah merupakan sosok kiai yang menjadi panutan dan selalu memberikan contoh yang baik untuk santri-santrinya.
Baca juga: Gus Sholah tutup usia
"Gus Sholah sosok kiai yang luar biasa. Bukan hanya merawat santri, tapi beliau juga tokoh bangsa. Panutan santri dan ulama serta masyarakat yang ada di Indonesia," kata Azwani saat dihubungi, Minggu malam.
Ia mengaku sudah menimba ilmu di Pesantren Tebuireng, Jombang mulai 2005. Gus Sholah sendiri mulai menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2006, sehingga dirinya dekat dengan Gus Sholah.
Azwani mengatakan, di pesantren, Gus Sholah mendidik para santrinya dengan luar biasa. Ia selalu memberikan nasihat agar santri menjadi semakin baik.
"Beliau memberikan nasihat dengan cara santun. Sesuai dengan visi misi dari Pesantren Tebuireng yang toleransi. Itu yang paling utama dari beliau. Jadi, mendidik beliau itu bukan hanya memberi contoh tapi juga menjadi contoh. Beliau suri tauladan yang baik untuk kami," kata Azwani yang aslinya dari Aceh tersebut.
Gus Sholah merupakan adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ia lahir di Jombang pada 11 September 1942 dari pasangan suami istri, KH Wahid Hasyim dan ibundanya Hj Solichah.
Baca juga: Santri Tebuireng Jombang berduka atas wafatnya Gus Sholah
Gus Sholah merupakan cucu tokoh bangsa yang juga pendiri organisasi Islam, Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari.
Ayah Gus Sholah, yakni KH Wahid Hasyim, merupakan Menteri Agama pada tahun 1949. Ia merupakan putra ketiga dari enam bersaudara. Beberapa sudaranya seperti KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Hj Aisyah Hamid Baidlowi, hingga Hj Lily Chodijah Wahid.
Saat ayahandanya diangkat menjadi Menteri Agama, Gus Sholah juga ikut pindah ke Jakarta. Ia banyak menghabiskan waktunya dan sekolah di Jakarta. Namun untuk kuliah, Gus Sholah memilih di jurusan arsitektur ITB.
Gus Sholah juga sosok yang gemar menulis. Ia aktif menulis di media massa sejak era reformasi 1998. Tulisannya banyak tersebar di berbagai media nasional Tanah Air. Selain itu, sejumlah buku juga ditulisnya.
Di kancah politik, Partai Golkar pernah menduetkan Wiranto dan Gus Sholah yang menjadi calon Wakil Presiden dalam Pemilu 2004. Namun, suara mereka dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakilnya, Jusuf Kalla.
Ia lalu meneruskan perjuangan pamannya, KH Yusuf Hasyim yang mengasuh PP Tebuireng, Jombang mulai 2006 hingga sekarang ini.
Gus Sholah menikah dengan Nyai Farida, putri mantan Menteri Agama KH Syaifudin Zuhri dan dikaruniai tiga anak, antara lain Irfan Asy’ari Sudirman (Ipang Wahid), Iqbal Billy dan Arina Saraswati. (*)
Baca juga: PBNU: Gus Sholah pribadi yang gigih dalam kemanusiaan
Baca juga: MUI: Gus Sholah lebih dari NU
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Triono Subagyo